Korea Folk Village

Korea Folk Village- Commoners Houses

Saya selalu menikmati menonton Sageuk drama (historical K-drama) dan karena itu saya suka kepikiran dimana tempat lokasi syuting drama-drama tersebut. Tidak mungkin di setiap pembuatan film, kru film akan membuat setting baru. There should be a place like Hollywood, tempat dedicated untuk shooting location di Jaman Joseon.

Oleh karena itu, ketika secara tidak sengaja saya browsing dan menemukan Korea Folk Village, saya memutuskan untuk pergi ke sana, karena beberapa film mengambil syuting di lokasi ini.

Korea Folk Village ("KVF") merupakan kawasan wisata yang menawarkan sensasi kembali ke masa Joseon (abad 13-18). Korvil terletak sekitar 1.5 jam dari kota Seoul menuju ke arah selatan. Menuju ke arah sini dari Seoul memang agak tricky. Website visit Korea menyarankan beberapa alternatif, namun ketika mencoba salah satu saya makin tersasar, saya memutuskan menggunakan citymapper. Menuju ke sini, cukup menaiki bus 5005 atau 5000B dari Seoul Station Bus Transfer Center, kemudian berhenti di 5 halte kemudian (sekitar 50 menit-halte Sangmimaeul, sangalogari) dan transit menggunakan bus nomor 37 sampai dengan halte Korea Folk Village.


What Old Folk Believed

Harga tiket masuk KFV sekitar KRW 16,000 (untuk yang basic) dan saya sarankan sebelum pergi kesini, membeli via Klook untuk harga tiket lebih murah.

Di dalam KFV, dibagi menjadi beberapa lingkungan-lingkungan dengan replika rumah-rumah berdasarkan strata sosial jaman lampau. Dari rumah commoners seperti peternak, petani, pemintal katun dan sutera kemudian sampai di ujung jalan rumah yang terlihat mewah dengan atap genteng yang merupakan rumah tuan pemilik tanah.

Pembagian tersebut hampir sama dengan yang ada di Jeju Folk Village, namun yang menarik dari KFV adalah detail-detail cantik seperti kain-kain yang digantung dari atas pohon-yang juga sering kita jumpai di Korean Drama. Sayangnya, tidak ada penjelasan sejarah mengapa Korean Folks menggantung kain-kain itu yang saya yakin bukan hanya untuk mempercantik dekorasi.
This spot is sooo beautiful

Kain-kain cantik membuat Fotogenik

Terus berjalan, saya memperhatikan beberapa pegawai juga menggunakan baju-baju ala tempo dulu dan melakukan kegiatan dengan sewajarnya seolah desa itu adalah time capsule dengan ambience yang luar biasa. Di beberapa tempat, juga dijual ubi rebus yang merupakan jajan ala jaman dulu. 

Pegawai yang sibuk membenahi atap rumah

Sampai pada Folk Fillage yang merupakan lapangan luas di tengah-tengah, saya melihat terdapat beberapa pertunjukan di area teater. Pertunjukan pertama yang saya liat adalah Farmer's Music and Dance pukul 14.00. Selama setengah jam, saya duduk di auditoriom terbuka dan melihat tarian tradisional yang disuguhkan para Oppa-oppa. Music yang disuguhkan sangat kuat bahkan terus terngiang-ngiang di otak saya setelah pertunjukan selesai.  Tarian itu menjadi menarik karena terdapat beberapa atraksi dari penarinya menggunakan topi yang unik dan kipas.

Farmer's Music and Dance
Setengah jam kemudian, tergopoh-gopoh saya pindah ke lapangan sebelah untuk melihat pertunjukan Acrobatics on a Tightrope Walking yang disajikan oleh laki-laki tunggal dengan iringan musik. Laki-laki tersebut berdialog dengan pengunjung dalam bahasa korea sepanjang pertunjukan, dan I guess, karena saya tidak mengerti bahasa Korea, ia mencoba bergurau dengan pengunjung karena pengunjung terus tertawa tidak hanya karena tingkah namun juga dialognya.

Walking on the Tightrope

Karena saya tidak mengerti bahasa korea, saya dan teman saya menjadi salah fokus, karena berkali-kali dia menjatuhkan diri di atas tali dengan keras. Saya sedang berfikir pasti dia menggunakan pempers biar tidak sakit (-_-).

Setengah jam kemudian, saya berpindah lagi ke lapangan sebelah pertunjukan pertama untuk melihat Equestrian Feats. Pertunjukan ini, menurut saya sangat menarik karena menunjukkan skill tingkat tinggi berkuda sambil ber-cheerleader.

Cheerleaders on the road

Berkali-kali saya bertepuk tangan karena selain berbahaya, atraksi ini menunjukkan disiplin latihan bersama kuda entah berapa lama.

Setelah selesai, saya duduk sebentar kemudian melanjutkan ke atraksi selanjutnya sekitar pukul 4 sore yaitu traditional Wedding Ceremony.  Wedding Ceremony ini sama persis seperti yang kita lihat di Korean Drama kecuali bagian wajah wanita yang tidak ditutupi. Actually, tradisi pernikahan ini kemungkinan hampir sama dengan sebagian besar tradisi di Asia. Upacara pernikahan ini hanya berlangsung sekitar 15 menit dengan narasi bahasa korea.


Traditional Wedding Ceremony


Terus berjalan, saya mencoba terus mencari beberapa lokasi shooting di KFV. Beberapa lokasi, terdapat papan yang memberitahukan bahwa tempat itu pernah dijadikan tempat syuting beberapa drama.
Rumah yang dijadikan Syuting Hwang Jini (kalau tidak salah!)



Pavilion cantik di depan taman


Hal menarik dari KFV yang berbeda dengan Jeju Folk Village adalah pertunjukan-pertunjukan yang disuguhkan. Selain itu, di tempat-tempat ramai seperti market village atau food court, pengunjung bisa menemukan 'actor-actor' yang sengaja menghidupkan ambience tempo dulu. Selain itu, tentu saja dekorasi dari KFV lebih indah.

Hal lain yang saya harapkan ada di KFV; sebagai pecinta museum dan sejarah, saya merasa seperti 'lost' di sini karena penjelasan yang disajikan sangat minimalis di papan-papan yang tersedia. Alangkah lebih baik juga jika penyedia memberikan suggested route agar pengunjung bisa menikmati seluruh atraksi dan spot yang ada di KFV.

Despite all, saya menyukai KFV dan dengan senang hati untuk datang mengunjunginya kembali.



Pagar khas di jaman Joseon



Jembatan cantik di KFV


See you at my next post







Comments

Popular Posts