Songa Atas for Nature Lover

Songa Atas-Probolinggo


Rafting a.k.a arung jeram salah satu cabang olahraga yang akhir-akhir ini kian populer di kalangan para pecinta alam, penikmat alam atau sekedar penantang nyali. Adanya fenomena tersebut membawa dampak dengan menjamurnya tempat-tempat yang menawarkan rafting sebagai core attractive mereka. Di Jawa Timur sendiri-yang memiliki banyak sungai besar dengan debit air yang cukup tinggi menawarkan beberapa tempat rafting (yang aku tau) yaitu Kasembon rafting yang terletak sekitar +/- 70 km dari Kota Malang, dan yang paling tersohor adalah Songa- Probolinggo yang terletak sekitar +/- 20 km dari kota Probolinggo.
Kebetulan aku berkesempatan merasakan 2 tempat rafting tersebut ; kasembon dan Songa (Songa sendiri terdiri dari Songa atas dan Songa bawah).

Pertama kali merasakan rafting di Kasembon adalah hillarious, keren, asyik, dan gosong : D. Namun, begitu liburan kemarin aku bisa merasakan rafting di Songa-atas yang merupakan whole different nature with Kasembon, tiba-tiba aku merasakan rafting di Kasembon is nothing! I will tell you why but if you just view my awesome picture-u'll definetely know why :D

Berangkat dari Malang (oke Kepanjen) menuju ke Probolinggo ditempuh dari pukul 06 pagi dan tiba di sana pukul 09 pagi (via Puwosari-Pasuruan), hal itupun karena aku terpaksa berhenti beberapa kali untuk mengisi perut supri dan perutku :D. Jarak yang ditempuh kira-kira sepanjang 90km dari kota Malang (lama juga ya -_-)
Akses menuju ke lokasi Songa atas
Songa atas terletak di luar kota Probolinggo dan untuk sampai di sana harus melewati jalan kecil dengan kondisi cukup rusak. Untungnya saat itu kondisinya kemarau,jd lubang2 pada jalan tsb tdk menimbulkan jebakan batman. Typical tempat wisata di Indonesia -__- ketika suatu tempat wisata menjadi terkenal..akses menuju tempat tersebut perlahan berlebihan beban Dan jadi rusak,namun tidak diikuti dengan social responsibilities Dari si pemilik tempat wisata (just a hypothesis :))


Setelah melewati jalan yang cukup berliku-liku (baca: berlubang-lubang)  kira-kira sepanjang 5 km, sampailah aq di sebuah bangunan berbentuk pendopo (rumah jawa tanpa tembok..seperti Aula disangga kayu2) dengan halaman yang luas.
Wide Parking area

Pendopo
Pendopo tersebut cukup kontras jika dibandingkan bangunan rumah d sekitarnya karena pendopo tersebut memiliki lapangan parkir yang luas.sepanjang yg aku amati tidak Ada papan 'selamat datang di songa atas'. Untuk org yg baru pertama kesana Bisa mengira pendopo tsb adl warung makan d tengah desa.



Begitu datang,aq langsung disambut dengan teh Botol untuk me - refresh perjalanan qta yang jauh, sayangnya tidak ada sambutan hangat dari petugas, ada beberapa guide dan pegawai di situ yang sedang asyik mengobrol sambil menonton tv. Aku sedikit mendapat kesan tamu nya dicuekin.


Full Team


cek Perlengkapan keselamatan

Setelah mempersiapkan diri (baca: mengoleskan seliter sunblock), aku dan ke-14 teman-temanku langsung menyerbu perlengkapan rafting yang disediakan di sana. Pilih ukuran helm yang sesuai dengan kepala qta, dan ukuran dayung sesuai dengan ukuran tubuh qta. Di situ qta akan diberi air mineral gratis untuk bekal perjalanan. Air mineral bisa diselipkan di sabuk pelampung agar tidak jatuh. Sedikit tips untuk outfit: pilih kaos lengan panjang dan celana panjang untuk menghindari efek 'belang' pada kulit nantinya, dan pakai sandal gunung (yang biasa digunakan  untuk mendaki gunung). I tell you later why we should use this shoes.



Before Get on the boat


Napak Tilas menuju lokasi
Setelah mengenakan seluruh perlengkapan timku segera diangkut menggunakan pick up (yang setengah hidup setengah mati) menuju ke lokasi terdekat untuk menaiki perahu.
Perjalanan menggunakan pick up kira-kira memakan waktu 15 menit dengan jalan yang dilalui berliku-liku dan berlubang-lubang. berbelok curam di samping jurang, turun kemudian berhenti sejenak (pick up nya sedang mengumpulkan tenaga) kemudian naik. Please mind your head, karena ketika berdiri di pick up dengan keterbatasan tempat untuk berpegangan, kadang banyak batang-batang pohon di pinggir jalan yang siap menghantam kepala qta . :D


First waterfall

Turun di pick up, qta akan disambut dengan tulisan ala kadarnya yang mengungkapkan selamat datang para peserta arung jeram di songa atas. Kenapa ala kadarnya?karena ditulis menggunakan spidol di atas kardus yang disobek (again, mengecewakan). Setelah itu rute dilanjutkan berjalan kaki menuju ke lokasi 'take off'. Rute jalan kaki cukup berliku dan slippery (karena aku pakai sandal jepit, thats why i suggest you to use sandal gunung). Karena musim kemarau, jalanan sangat kering dan berdebu. Kalau alergi debu, sebaiknya siapkan masker yang bisa dikantongi.

Berjalan sekitar 10 menit,barulah sungai yang akan qta arungi terlihat. Dari atas, aku langsung mengagumi air sungainya yang bening. Dan di hawa yang sangat panas, rasanya pengen langsung nyebur :D.. Setelah foto-foto sejenak, tanpa menunggu waktu lama timku dibagi menjadi 3 perahu. 1 perahu terdiri dari 5 orang peserta dan 1 instruktur. Karena seluruh timku pernah rafting sebelumnya, kami tidak di brief terlebih dahulu.
Basic rafting sebenarnya sangat simple- bagaimana mendayung maju, mendayung mundur, belok, jika kami 'terdampar' di batu, dan menghadapi 'boom'. Boom adalah istilah yang digunakan untuk menyebut kondisi dimana perahu kita akan melewati arus air yang menurun/ debit yang sangat tinggi.

Debit Air

The biggest waterfall here

Karena musim kemarau, debit air yang mengalir di sungai tidak begitu besar ketika di musim penghujan. Namun biasaya di musim penghujan, Songa atas ditutup untuk jalur rafting karena arusnya cukup membahayakan. Jalur rafting akan dialihkan ke Songa bawah yang agak lebih 'kalem'.
Walaupun jalur yang aku lalui lebih ke arung batu, namun tidak bisa diremehkan juga. Intensitas air cukup deras (apalagi jika dibandingkan dengan Kasembon rafting) walau kendalanya perahu kami sering 'terdampar' di atas batu jadi terpaksa kami harus sering 'menggoyang' perahu agar bisa bergerak kembali.

Enjoy the Waterfall



3 dewi :D

Apa yang ditawarkan songa atas-selain pengalaman rafting tentunya- adalah keindahan alam liar nya (tidak terlihat pemukiman penduduk setempat),  Air sungai yang bening (dan dingin), minus pencemaran, kemudian dipadukan dengan tebing-tebing yang indah, di beberapa spot terdapat air terjun.
Di tengah perjalanan terdapat air terjun yang cukup besar dengan debitnya yang besarr...instruktur sengaja mendayung perahu kami melewati air terjun tersebut dan merasakan diguyur air terjun. Meski matahari di atas sana sedang memasak kulit, namun kami menggigil karena dinginnya air. Ketika sedang berada di air terjun, tiba-tiba aku melihat ancient creature yang cukup besar, dan honestly I am screaming because of scare more than surprised. Firstly, that ancient creature, I thought it is a komodo (please deh mana ada komodo di Jawa hehehe)..dan setelah dijelaskan ternyata makhluk itu adalah biawak raksasa (pardon me, I never seen one)..dan aku yakin kalau di luar Songa, mahkluk itu pasti sudah diburu untuk dijadikan makanan di kota.

Di beberapa tebing terdapat sarang kelelelawar yang baunya menyeruak hingga radius beberapa meter. Aku terpaksa menahan nafas sejenak karena baunya yang sangat 'khas' sambil membayangkan bagaimana rasanya jika rafting itu dilakukan di malam hari dan diawasi oleh ribuan kelelawar di situ (hoaaa.....syeremmmm). Barangkali kalau hilang di situ bisa jadi anak kelelawar hehehe...

Di beberapa spot, kami berhenti sejenak untuk menikmati indahnya keadaan di sekitar Songa Atas. Seperti di Air terjun besar dan mengambil foto. Petugas di situ juga ada yang membawa kamera SLR yang nantinya hasilnya bisa diambil di pendopo tadi (tapi jangan tanya harganya--mahal euy).
Selain itu, kami juga berhenti di tempat istirahat untuk menikmati pisang goreng dan wedang jahe yang disediakan oleh petugas setempat.

Panjang jalur Songa atas yang dilalui adalah 12 km dengan total waktu yang dibutuhkan kurang lebih 2,5 jam (tergantung seberapa besar tingkat narsis qta-karena kalau qta narsis pasti kita akan makan banyak waktu untuk berhenti dan foto-foto).Kebetulan aku dan teman-temanku (later we call it genk mbulet), memiliki tingkat narsis yang cukup memprihatinkan sehingga kami hampir di overlap oleh rombongan di belakang kami yang fyi, ketika kami datang mereka sama sekali belum tampak (it means we took very long time in our journey).

Hampir sampai di garis finish, terdapat tebing yang tidak terlalu tinggi dan bisa digunakan untuk aksi terjun bebas. Kebetulan aku tidak mencobanya karena bajuku terlanjur kering. Namun menurut testimoni beberapa temanku, ketika di atas akan terjun-cukup menakutkan karena ternyata cukup tinggi namun ketika sudah terjun ke bawah-its awesome. Must try it. Sebuah saran dari instruktur, sebelum terjun sebaiknya tidak melihat ke bawah dulu, tapi langsung saja 'nyemplung' :D.

On the Boat


after Rafting

Di tengah perjalanan, kami juga berhenti untuk berenang di bagian sungai yang dangkal dan mengarungi batu-batuan yang licin serta acara balik-balikan perahu. Dalam occasion ini lah aku merasakan bahwa sandal jepit sangat tidak mendukung :( karena terpaksa aku lepas dan ditinggal di perahu akibat dapat berpotensi menimbulkan kepleset di batu-batuan. Dan ketika ditinggal di perahu pun, sandal jepit berpotensi untuk hilang mengingat perahu kami begitu sering di balik oleh teman-teman maupun instruktur yang jahil.
Begitu melihat akhir dari perjalananan, aku sedikit tidak rela. Kupikir perjalanan yang akan ditempuh masih panjang. 12 km is nothing! karena aku tidak merasakan letih. Sempat merengek kepada instruktur untuk meneruskan perjalanan, namun tidak dituruti :( (tambah biaya dong mbaaa..hehehehe DAn memang ternyata setelah aku lewati jalur setelah finish- sepertinya terlalu bahaya untuk diarungi karena banyak batu-batu besar di turunan yang curam).

Akhirnya dengan tidak rela, aku turun dari perahu dan kembali menjejak tanah. Oh ya sebelum turun dari perahu, di dahului aksi membalik-balikan perahu dan sedikit hanyut di sungai :D. Turun dari perahu, kami harus berjalan kaki kembali menuju ke pick up yang akan mengangkut kami ke titik  0. Perjalanannya tidak jauh namun entah mengapa capek luar biasa (karena agak mendaki).

Setelah sampai, aku segera naik ke pick up dan diangkut ke pendopo tempat kami berangkat tadi. Dan begitu sampai petugas telah menyiapkan makan siang untuk aku dan ke-14 temanku. Makan siangnya cukup sederhana dengan lauk seperti tempe, tahu, kerupuk, ikan pari, dan sambal...tapi entah karena lapar atau memang lezat....kami berhasil membinasakan semua makanan itu masuk ke perut kami :D. Sambalnya recommended dibaur dengan semilir angin desa hehehe.

FYI, biaya yang harus dikeluarkan untuk paket rafting di Songa atas sekitar 190rb- 220rb (tergantung berapa banyak orang yang ikut, semakin banyak-semakin murah). Overall, aku recommended banget tempat ini untuk alamnya yang indah, untuk kealamian alamnya, beningnya sungai dan nendangnya si sambal. Namun back again to our core problem, wisata ini belum digarap secara maksimal oleh si pemilik, terutama infrastruktur dan perlengkapan. Infrastruktur seperti akses jalan yang rusak, tidak adanya fasilitas air hangat di kamar mandi. Sedangkan untuk perlengkapan- seperti yang aku sebutkan tadi, we need more signage, board penanda. But 190ribu is so worthed!!!
Makan Bersama setelah rafting
Way Home-see the green nature

Oh ya di pendopo tersebut qta juga bisa belanja souvenir seperti kaos merk C-59 dengan harga cukup murah Rp. 50rb. Untuk stiker, kita bisa mendapatkannya gratis-langsung ditempel ke mobil :D

Well thats all my report. I give 4 rating over 5 for this spot!!!!

Comments

Popular Posts