Catatan Perjalanan Haji Part III : Do's and Don'ts

Jeddah Old Town

Setelah haji, saya masih punya waktu beberapa hari lagi di Mekkah untuk beribadah di masjid dengan pahala paling besar (100.000 kali) yaitu di Masjidil Haram. Berangsur-angsur, para tamu Allah mulai kembali ke negara masing-masing dan giliran kloter kami (akhirnya) mendapatkan giliran pindah ke hotel bintang 5.

Hotel di Saudi Arabia, bisa dibilang cukup unik jika dibandingkan di negara-negara lain. Hotel bintang 5 biasanya adalah hotel yang berada di radius terdekat di area Masjidil Haram atau Masjid Nabawi. Fasilitas hotel bintang 5 di sini pun tidak selengkap di negera-negara lain seperti tidak ada kolam renang, gym center, coffee shop dan lain-lain. Bahkan meskipun di hotel bintang 5 kelas suite, kita bisa jumpai 4 bed single tersedia di dalam kamar, padahal kamar ditempati hanya 2 orang.

Kami pindah di hotel Makarem Al-Qur'a. Plakat di depan hotel memberitahukan bahwa hotel tersebut memiliki 5 bintang, meskipun lokasinya sekitar 1.7 km dari Masjidil Haram. Jika di negara lain, mungkin kita bisa menilai hotel tersebut standar bintang 3 karena kelengkapan fasilitas yang masih kurang. Beruntungnya, di kanan-kiri kami, banyak apartemen dan hotel yang ditempati oleh jamaah haji reguler dari Indonesia yang ekuivalen dengan banyak dijual makanan-makanan indonesia seperti nasi kuning di pagi hari.

Jarak 1.7 km di Seoul atau negara-negara lain dengan iklim subtropikal adalah hal yang cincai untuk ditempuh jalan kaki. Namun di Negara iklim gurun, 1.7 KM akan terasa seperti 10 KM mempertimbangkan terik matahari dan debu. Karena itu hampir tidak mungkin bagi saya untuk jalan kaki ke Masjidil Haram setiap sebelum sholat 5 waktu...karena ya PANAS BANGET!!!!!!!! Panas yang tidak bisa saya ceritakan dalam kata-kata namun bisa dijelaskan oleh kondisi tubuh saya saat itu yang mimisan terus.

Untungnya, Pemerintah Arab Saudi bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia menyiapkan bus-bus yang akan berhenti di tiap pondokan jamaah haji dengan tujuan ke/dari Masjidil Haram. Bus-bus ini tersedia selama 24 jam dan gratis, dengan pool area berada di terminal di sebelah Clock Tower. Kita bisa naik dari pool atau di setiap pondokan jamaah haji Indonesia yang biasanya diberi baliho besar penanda nomor pondokan.

Bus gratis itu rupanya disediakan untuk negara-negara dengan penduduk muslim yang besar seperti  Iran dan Turki.  Biasanya warna bus pun agak sama antar satu bus dan yang lain, biasanya dibedakan dengan sticker bendera yang menempel di muka bus. Atau kalau tidak, sopir bus biasanya sadar jika terdapat penumpang negara lain yang tersesat, dia biasanya memberitahu untuk naik bus khusus sesuai negaranya.

Dari hotel sayapun disediakan shuttle bus gratid, namun intensitasnya tidak sebanyak bus untuk jamaah Indonesia. Jadi, meskipun saya tidak berangkat dari Indonesia, tapi saya kan orang Indonesia maka saya boleh nebeng bus umum ini he...he....he..

Namun ada kalanya kami ketinggalan shuttle bus padahal jadwal sholat sudah dekat. Dalam situasi begini, biasanya kami memilih naik taxi seharga 20-30 riyal atau sekitat IDR 80-120rb untuk jarak 1.7 KM. Sementara untuk pulangnya, karena biasanya membawa barang belanjaan yang berat, kami beberapa kali juga mencoba naik taxi. Pernah karena saking lelahnya, kami mencoba naik taxi namun pengemudi taxi bisa menarik tarif 50riyal..atau sekitar 200rb rupiah untuk jarak sedekat itu!!

Memberhentikan taxi ini pun agak tricky karena begitu banyak jamaah yang ingin naik taxi namun jumlah taxi yang diizinkan memasuki area Masjidil Haram juga sangat terbatas. Alhasil, sopir taxi ugal-ugalan menaikkan tarif dan merampok kelelahan para jamaah.  Pada titik ini, kami memikirkan betapa beruntungnya jamaah yang bisa mendapatkan hotel di area inner circle Masjidil Haram..meskipun harga yang dibayar +++++++++++ jauhhhh lebih mahal.

Ibadah haji mungkin telah selesai, namun bukan berarti Mekkah mendadak menjadi sepi. Mekkah masih sangat ramai sehingga pergulatan mencari posisi sholat di Masjidil Haram masih tetap terjadi. Namun kompetisi untuk mendapat tempat duduk di Food court Zam-zam Tower sudah agak berkurang.

Masalahnya dan (untungnya), pembagian area sholat jamaah laki-laki dan perempuan di Masjidil Haram tidak seteratur di Masjidil Nabawi. Laki-laki dan perempuan bisa berdampingan sholat bersama jika memang tidak ada posisi lagi. Beberapa kali, saya bisa sholat berdekatan dengan Suami saya jadi jika selesai sholat kami tidak perlu cari-carian atau tunggu-tungguan.

Suasana sholat di luar Masjidil Haram ketika telat masuk ke dalam
Saya biasanya pergi ke Masjidil Haram saat sebelum sholat Dhuhur dimulai, kemudian keluar mencari makan siang di Zam-zam tower dan kembali sebelum Ashar. Selanjutnya saya Ithikaf sampai dengan sholat Maghrib, kemudian mencari makan lagi dan kembali ke masjid untuk shalat Isya kemudian pulang ke Hotel. Tidak sepenuhnya begitu tiap hari, benar-benar tergantung kondisi tubuh saya yang sedang nano-nano saat itu. 

Plafon yang akan Dirindukan
Normalnya, pada masa haji, kita harus datang 1 jam sebelum adzan agar bisa mendapat posisi di dalam masjid. Posisi kesukaan saya adalah di basement, tepat lantai yang sama dengan Ka'bah, atau di lantai 3 tempat melakukan sa'i. Kedua tempat itu cenderung tidak diketahui oleh jamaah lainnya dan ACnya yang super dingin. Namun untuk memasuki area basement, kurang lebih sekitar 1.5 jam sebelum adzan untuk amannya. 

Tak jarang juga karena keasyikan belanja, kami mencoba datang ke masjidil haram sekitar 15 menit sebelum Adzan sholat Ashar dan jalanan dari Zam-zam tower ke Masjid telah penuh dengan lautan manusia. Dalam kondisi begitu, kami memutuskan sholat di dalam mall. Bahkan, di dalam mall pun penuh dengan jamaah yang ingin sholat di sepanjang jalan. Askar-askar yang penuh energi pun harus mengatur shaf agar tidak berantakan. 

Sholat di lantai 3 tempat Sa'i
Ketika shalat jum'at, jumlah jamaah akan lebih membludak.  Saya pernah datang 1 jam sebelum sholat Jum'at dan mendapatkan posisi di seberang hotel Makarem Ayjad, sekitar 200 meter dari Masjidil Haram. Lebih lagi, panas!!!!

Tantangan berikutnya saat naik haji adalah FLU dan BATUK. Berawal dari begitu banyak manusia di Mina di tempat yang kurang hygienis, alhasil satu per satu orang tumbang terjangkit virus ini. Flu dan Batuk dari Arab pun menurut saya jauh lebih ganas daripada flu di Indonesia karena membawa demam dan ngilu, parahnya lagi batuk yang membuat kita berhari-hari ga bisa tidur.

Saya mendapat demam karena flu ketika hari terakhir di Mina, hasil dari tertular teman yang sedang flu di tenda, kondisi tidak hygienis, makan tidak teratur dan jadwal tidur yang kacau. Untungnya saya membawa obat flu yang banyaaak dari Korea jadi meskipun demam tidak terlalu mengacaukan aktivitas ibadah meskipun kalau malam saya jadi serba salah..kadang menggigil kadang kepanasan.

Di Mekkah, saya sempat pergi ke klinik tepat di Zam-zam tower. Klinik tersebut gratis disediakan untuk jamaah dari negara manapun. Cukup menunjukkan ID Haji ke petugas klinik, maka kita bertemu dokter dan mendapatkan obat gratis. Karena gratis ini pun membuat antriannya cukup panjang meskipun pelayanan cukup cepat karena dokter cuma bertanya kamu sakit apa kemudian menulis resep. Jika tidak terlalu parah, dokter bahkan tidak mengeluarkan stetoskop untuk memeriksa kondisi tubuh.

Saya dan suami pergi ke klinik karena batuk dan flu, sementara suami ada tambahan yaitu telapak kakinya kapalan (ha ha ha!). Dokter memberikan obat yang berbeda untuk kami meskipun gejalanya sama dan salep untuk kapalan suami. Jumlah obat yang diberikan pun luar biasa banyak- tanpa penjelasan obat apa untuk apa.

Obat dari klinik
Beberapa teman juga melakukan flu-shot di klinik tersebut namun sayangnya tidak gratis. Saya tahu tentang Flu-shot ini saat saya mengobrol dengan teman sepulangnya dari Haji. Saya mengeluh batuk yang tak kunjung sembuh, kemudian dia bercerita bahwa dia cuma batuk sebentar karena melakukan flu-shot ketika di Mekkah. Beberapa teman dia pun melakukan hal yang sama dan sembuh relatif cepat.  Harga flu-shot di Arab sekitar 2 juta rupiah saat itu.

Bisa saya akui, ini adalah batuk terparah sepanjang masa. Beberapa kali saya muntah karena tenggorokan saya berusaha mengeluarkan dahak yang membandel. Berbagai macam obat dan pergi ke dokter di Jakarta pun tidak mengurangi batuk saya. Bahkan dokter spesialis yang sengaja saya pilih karena titel profesor doktor, tersepuh di bidangnya hanya bilang : "Oh, dari Arab, ya emang susah, dinikmati aja he..he..he.." x___x

Kebetulan batuk saya parah banget ketika dalam perjalanan Jeddah-Seoul dan sampai pulang ke Indonesia. Masalahnya, flu bisa disembuhkan dengan istirahat, namun karena batuk saya tidak bisa istirahat jadi seperti lingkaran setan! Batuk saya baru sembuh total sekitar 1.5 bulan sejak saya sakit! amazing!

Kenapa saya ngotot sembuh saat itu? Karena sebelum ke Indonesia, saya pulang melalui Korea Selatan dan Korsel sangat sensitif dengan MERS terutama dari middle east. Beberapa teman saya dikarantina karena demam dan batuk ketika landing di Korsel. Jika saya kena karantina, maka saya tidak akan bisa pulang ke Indonesia. 

Untuk makanan Indonesia,  sama seperti Madinah, di Mekkah juga terdapat beberapa makanan Indonesia, seperti grapari yang ada di lantai 5 Zam Zam Tower (namun harga lebih mahal daripada di Madinah), juara saya adalah masih ayam Al-baik yang ada di Hilton tower. Jika ada kesempatan, maka bisa juga ke Jeddah tepat nya di balad mall, terdapat warung Indonesia yang juga menjual teh pucuk harum. Di situ saya minum 3 botol teh pucuk dan salah satu penyebab batuk saya menggila. But who can resist the temptation of Teh pucuk Harum at 45 degree weather outside?


Warung Indonesia di Jeddah
Sebelum pulang, saya juga punya kesempatan untuk jalan-jalan di kota Jeddah. Bekas ibukota Arab Saudi ini tidak nampak berbeda dalam ingatan saya ketika tahun 2011. Beberapa bangunan tampak lebih lusuh dan tidak terawat. Namun saya tertarik dengan gentrifikasi yang dilakukan oleh dinas pariwisata Arab Saudi untuk menghidupkan kembali Jeddah Old Town.

Meskipun belum optimal, namun beberapa bangunan lama di Old Town terlihat masih meninggalkan sisa-sisa kecantikan yang khas di negara Arab. Pintu yang luar biasa cantik, bangunan dari bata yang dibakar hingga jendela-jendela kayu warna-warni. Ingatan saya terbawa pada setting lokasi Aladdin, ketika Aladdin dan Jasmine tidak sengaja bertemu di bazaar.




Jalanan di Jeddah Old Town, Cantik!

Salah Satu pintu yang juga sangat Cantik di Jeddah

Salah satu bangunan yang belum direnovasi optimal


Oke, sesuai dengan judul post ini, sesuai dengan pengalaman saya dan bertanya dengan Ustadz, berikut list hal-hal yang bisa dibawa / ditinggalkan saat musim haji:


  1. Apakah harus memakai baju putih bagi perempuan? Selain pada saat umrah /haji kita tidak perlu memakai baju yang serba putih (anjuran adalah memakai baju yang tidak mencolok). Namun, karena saya pergi saat musim panas, baju putih rasanya the safest choice untuk menolak panas.
  2. Berapa banyak baju yang kita bawa selama musim haji? Tergantung orangnya! bagi orang yang rajin mencuci tidak seperti saya, bisa membawa baju sampai 3 stel termasuk kerudung. Namun, karena saya tidak terlalu suka mencuci, saya membawa 5 stel baju namun itupun kebanyakan karena baju-baju di Mekkah terutama, lucu-lucu dan murah! Jadi kalau memang ada niatan untuk berbelanja, 3-5 stel baju cukup termasuk kerudung dan kaos kaki.
  3. Sandal atau Sepatu? Saya bawa dua-duanya, sepatu olahraga untuk jalan panjang dan sandal jepit untuk mobilisasi selama di tenda.
  4. Selain masa haram, skin cara apa saja yang harus kita bawa?
    Sunblock kalau bisa SPF 120, Sun stick untuk wajah, pelembab wajah, lip balm, shampoo dan sabun non parfume untuk selama masa haram.
  5. Masker kalau bisa yang khusus untuk pencegahan virus menular dan debu.
  6. KACAMATA hitam, wajib! sangat wajib terutama di musim panas karena saat siang panasnya terik!
  7. Obat-obatan seperti : obat flu (yang banyak), obat batuk, band-aid, betadine, tolak angin, sangobion (kalau suka nggliyeng seperti saya karena kebanyakan mimisan), obat untuk sakit kepala, koyo untuk pegel-pegel, dan counterpain / voltaren, antis atau detol buat cuci tangan. 
  8. tas canvas yang enteng untuk membawa sajadah, mukena dan Alqur'an (saya sih lebih suka baca versi di hp), kacamata, sunblock, dompet dan AIR MINUM! GA perlu bawa tas branded di sini, sudah berat ga ada yang merhatiin juga :(
  9. Bawa tumbler air minum yang kapasitas besar tapi tidak berat!
  10. Bawa sleeping bag ringan yang bisa berfungsi sebagai selimut atau alas saat tidur di Mina atau Muzdalifah. Saya juga membawa airbed ukuran single untuk di tenda.
  11. Popmie jika memungkinkan, atau sambal dan rendang. Tidak perlu bawa rice cooker atau magic jar karena catering tahun ini cukup memuaskan untuk jamaah Indonesia (Why i know...refer to Catatan Perjalanan Haji Part II
  12. Payung lipat untuk melindungi dari sinar UV dan teriknya matahari, atau jika tiba-tiba hujan turun!
  13. Perlu bawa mukena ga? Simply put, saya rasa cuma jamaah Asia tenggara yang menggunakan mukena untuk sholat, jamaah belahan dunia lain cukup menggunakan daily clothes yang pastinya menutup keseluruhan aurat. Jika ingin menghemat space, saya sarankan tidak perlu bawa, apalagi kalau mukena nya yang terbuat dari sutra india atau jepang--yang jika dilipat saja membutuhkan space 1 tas punggung. 


Things that nice to know :

  1. Saat musim panas, puncak panas adalah saat sholat Ashar. Jadi usahakan sholat di dalam masjid agar dapat AC dan keep hydrated. Range suhu di Mekkah/ Madinah adalah 40-45 derajat celcius seharian dengan real feels sekitar 47-50 derajat celcius. Bahkan saat shubuh, tidak jarang juga kita kepanasan. Kalau steak, mungkin kita bisa dibilang Medium Well :) 
  2. Jika dapat kesempatan untuk memilih hotel, pilih melalui agen travel yang menawarkan hotel terdekat dengan masjid terutama jika kita bersama orang tua. Karena level kompetisi dan kondisi yang kurang kondusif terkadang bisa terasa berat bagi orang tua. 
  3. Beberapa ATM bisa berfungsi dengan baik jika kita butuh SAR, bank seperti Al-Rahji atau NCB. Saudi Arabia masih menjunjung tinggi transaksi Cash. 
  4. Jika ingin membeli oleh-oleh, bisa beli paket oleh-oleh di supermarket yang terkadang diskon. Antara toko-toko yang dimiliki pedagang biasa baik di mall ataupun di pasar, biasanya mereka memasang harga seenaknya sendiri. Lebih baik teliti membeli dengan melakukan survey harga.
  5. Datang 1 jam sebelum adzan agar mendapatkan posisi yang PEWE di dalam masjid.
  6. Di Mina, banyak kejadian jamaah haji yang kecopetan, jadi alangkah bijaknya untuk tidak membawa banyak cash dan diamankan dengan baik. Beberapa orang asing terkadang keluar masuk tenda terutama saat penghuni tenda sedang aktivitas.
  7. Mekkah lebih terbuka untuk urusan pilihan berbelanja, namun harganya relatif lebih mahal daripada Madinah.
  8. Kurma Ajwa adalah kurma terlezat sepanjang sejarah. Kita bisa menawar ketika beli di kebun Kurma, tentu jika kita beli banyak. 
  9. Sakit saat Haji? Jangan khawatir! Beruntungnya jamaah Indonesia adalah banyaknya tenaga medis yang tersedia, atau jika tidak menemukan, cukup datang ke Zam-zam Tower basement, disana terdapat klinik gratis.
  10. ID Haji sangat penting, selayaknya pengganti passport, jadi dijaga baik-baik! ID Haji bisa dipakai untuk berobat ke klinik gratis atau naik monorail selama lempar jumrah.
  11. Sebagian besar toilet di Arab adalah toilet jongkok. Selain bagus untuk otot, namun lumayan menantang jika kita nongkrong lama-lama. Biasanya WC duduk tersedia di hotel bintang 5 atau mall modern. Plus, banyak fasilitas WC di rest area biasanya tidak terlalu bersih. 
  12. Banyak belanja tapi baggage allowance terbatas? solusinya adalah memesan jasa kurir pengiriman ke Indonesia yang banyak tersedia. Saya mengirim paket ke Jakarta dengan tarif sekitar 9 Riyal atau IDR 36 ribu per kilo (min 20kg) dengan waktu shipping selama 3 minggu. Menurut saya ini real deal banget terutama bagi yang mau belanja sajadah kashmir yang harganya super miring di Mekkah jika dibandingkan dengan harga di Indonesia (sekitar IDR 280rb vs IDR 2.5 juta).
  13. Kasihan melihat cleaning service atau orang cacat yang meminta-minta? memberi is okay, tapi biasanya sekali memberi maka teman-temannya akan ikut mengeroyok kita untuk meminta sumbangan, jadi mending disiapkan recehan yang banyak!
  14. Mau membayar fidyah? Coba komunikasikan dengan Muthowif atau Ustadz agar bisa dikoordinir bersama dengan jamaah lainnya dan disalurkan ke orang-orang yang tepat di tanah haram. 
  15. Thawaf di lantai bawah penuh dan bermaksud untuk thawaf di lantai 2 atau 3? It's okay, but it means it is longer pathway. Jika dalam keadaan normal kita bisa menyelesaikan thawaf selama 40 menit di lantai dasar, maka di lantai 2 atau 3 bisa sampai 1.5 jam, give or take dengan speed yang lebih cepat.

Me, husband and Mommy...muka lelah

Well, lastly, selain ibadah spiritual, Ibadah Haji ini sangatlah menguras energi kita tidak peduli berapapun usia kita. Banyak yang bilang bahwa hanya dengan izin Allah, tidak peduli bagaimanapun kondisi kita, jika Allah mengizinkan maka ibadah haji akan lancar. Yes, ini benar dan saya mengalaminya. Banyak orang yang mendadak sembuh bugar saat ibadah haji padahal sebelumnya tidak, atau sebaliknya.

Namun, sebagai manusia kita hanya bisa berikhtiar agar sebisa mungkin untuk menunaikan ibadah haji ini sedini mungkin saat segalanya memungkinkan baik secara materi, kesehatan maupun mental! Sama seperti jutaan manusia lainnya, mungkin ibadah haji sekali tidaklah cukup karena begitu banyak yang ingin disempurnakan kembali saat kita ibadah haji berikutnya.

So I will share my other thoughts later...whenever I remember to add something on the list!!!


See you soon!


Bacaan sebelumnya:

Catatan Perjalanan Haji Part II
Catatan Perjalanan Haji Part I



Comments

Popular Posts