Summer di Hokkaido (Part II) : Sapporo, city of Feast

Otaru Canal


Beberapa hari yang lalu, saya mengobrol dengan salah satu teman yang hobi travelling tentang tipe travelling kami. Well, susah untuk mengidentifikasikan jenis traveller seperti apakah saya. Saya suka fotografi, kuliner dan most of all adalah melihat sosiografi dari tempat yang saya kunjungi.

Di setiap ujung kota atau desa, bahkan hanya dengan 1 buah bangunan, pasti ada sebuah kisah yang ingin diceritakan. Alasan itu juga yang membuat saya sangat suka Eurotrip atau Japan Trip..karena hampir setiap sudut kota menyimpan cerita yang sangat unik, dan bahkan bagi seseorang tidak perlu untuk membuka buku sejarah untuk tahu.

Sapporo dan Otaru adalah salah dua yang design kota-nya tidak perlu membuka wikipedia dan buku sejarah untuk mengerti karakter dari Kota itu.

Tiba di Sapporo pada hari minggu siang setelah 2 jam perjalanan naik bus dari Asahikawa, kami langsung check in di hotel Ibis style Sapporo. Hotel Ibis style Sapporo ini sangat saya rekomendasikan bagi mereka yang lelah dengan luas kamar hotel di Jepang yang super sempit. Ibis Style menawarkan ruangan yang lega, bahkan lebih besar daripada Novotel biasanya (sama-sama jaringan Accor).

Kota Sapporo di bulan Juni relatif sejuk di siang hari dengan suhu sekitar 18-23 derajat celcius meskipun matahari cukup terik. Itinerary kami di Sapporo pun cukup simple, yaitu makan, makan dan makan.

Tanokikoji Shopping Street
Tujuan pertama kami adalah makan beef barbeque di Tokuju Shinratei yang berada di kawasan Tanokikuji Shopping Street. Takuju ini berada di lantai 2 Sanjo Mimatsu Building, sehingga restoran tidak terlihat mencolok di halaman utama. Namun begitu masuk, terdapat banyak orang yang sedang duduk sebagai waiting list. Saya datang sekitar pukul 1, setelah jam makan siang dan menunggu sekitar setengah jam untuk dipersilahkan duduk.



Lunch Set menu

Makanan di Takuju sangat lezat, meskipun tidak selezat Hida atau Kobe Beef, namun dagingnya marble, empuk dan yang paling utama adalah bumbu yang meresap masuk ke dalam daging. 

Kenyang, saya berjalan menyusuri Tanokikuji Shopping Street yang didominasi oleh makanan, jajanan dan toko oleh-oleh. Kawasan ini mengingatkan saya dengan Shinsaibashi-suji Shopping Arcade di Osaka.

Sapporo Tower
Saya berjalan ke arah Sapporo station karena ingin membeli buku di Kinokuniya, namun sepanjang jalan yang berbentuk grid tersebut, saya banyak menemukan photospot yang banyak dikunjungi turis seperti, Sapporo Clock Tower, Sapporo tower-yang merupakan saudara kembar Tokyo tower, Odori Park- taman memanjang yang digunakan sebagai Snow Festival. 

Selain itu, banyak toko-toko jaringan seperti Daiso, dan yang menarik adalah toko Animate- pusat merchandise anime-anime terkenal yang mencapai 4 lantai tersendiri. 


Sapporo Clock Tower

Sapporo Clock Tower upclose

Di Sapporo Clock Tower, saya mendapat bonus bertemu dengan Om Mario di Mario Kart. Beliau sengaja parkir di dekat Sapporo Clock Tower agar banyak pengunjung tergoda berfoto dengan dia. Menggunakan, bukan streetle pastinya, ia memakai kostum lengkap dan sound sistem theme Mario Kart yang menggelegar. So Fun!

Mario!
Sepanjang hari minggu ini saya jalan-jalan mengelilingi Sapporo untuk berbelanja, ngemil dan sesekali mengambil foto tempat-tempat yang insta-worthy. Pada saat matahari hampir tenggelam, saya memutuskan naik street car untuk pergi ke Mt. Okura Observatory. 

Transportasi di Sapporo terbagi menjadi 2 yaitu subway dan Street car atau trem. Kedua jalur tersebut tidak tercover oleh JR Pass meskipun sapporo station terkoneksi antara JR station dan subway statiton. Karena kota ini berbentuk Grid, coverage subway maupun street car tidak menyeluruh seperti di Seoul atau Tokyo. Bus mengcover seluruh jalanan di Sapporo, namun saya tidak terlalu familiar dengan bus karena belum english-friendly meskipun sebenarnya gampang.

Untuk naik bus, cukup ambil tiket di mesin, kemudian sebelum halte yang kita tuju, kita perlu memencet tombol stop. Sopir akan berhenti di halte kemudian memeriksa tiket kita yang biasanya berupa angka halte asal kemudian kita tinggal tap IC Card (suica) untuk membayar. Di beberapa kota seperti Furano, Asahikawa, IC Card tidak diterima untuk pembayaran Bus, jadi saya terpaksa menggunakan cash-yang bagi saya sangat tidak nyaman. 

Kembali ke Mt, Okura, di dalam street car ada voucher kupon diskon yang bisa kita gunakan. Sesampai di halte, kita akan membaca papan petunjuk menuju shuttle bus gratis menuju Mt, Okura obeservatory. Sayangnya, saat saya akan membayar naik cable car, petugas menginfokan bahwa pemandangan Sapporo akan tertutup kabut hampir sepenuhnya. 

Kami menunggu beberapa saat sampai akhirnya menyerah. Udara terlalu dingin dan langit yang mendung membuat pemandangan buram mungkin sampai besok pagi. Kami kembali ke halte street car dan memutuskan untuk mencoba di JR Tower Observatory T38. 

Menurut review, pemandangan night view terbaik di Sapporo, bahkan di seluruh Jepang no.3 adalah dari Mt. Okura baru kemudian JR Tower.  

Kembali ke JR Tower berarti kami harus kembali ke Sapporo Station, disinilah koneksi antara street car dan subway teruji. Akhirnya, turun dari street car kami berjalan melalui underground sambil berjalan-jalan menikmati keramaian minggu malam di Sapporo. 

Jika diperhatikan, sebagian besar orang di Sapporo memilih berjalan di underground daripada di jalanan, simply karena kebiasaan. Sapporo terletak di Hokkaido, which means northenmost part of Japan yang memiliki winter lebih panjang, lebih dingin dan lebih snowy. Sebagian besar aktivitas masyarakat Sapporo bergerak di underground, oleh karena itu pemerintah membangun underground yang super panjang, mewah, lengkap dan aman. Di sepanjang underground terdapat banyak shopping street yang mungkin membutuhkan waktu berhari-hari untuk mengelilinginya. 

Sesampai di JR Tower yang kebetulan cukup sepi, saya bisa melihat pemandangan kota Sapporo secara 360 derajat. No explanation needed, it is just stunning. Di observatory juga terdapat cafe yang menyediakan snack. Saya mencoba membeli waffle ice cream yang sangat lezat. You never can go wrong with food in Sapporo!

Mount Okura dan Ferris Wheel dari JR Tower

Motto-Motto Otaru!
Otaru Canal dengan Bangunan Pergudangan yang telah Alih Fungsi

Sekitar 1 jam dari Sapporo, terdapat kota kanal yang terkenal terutama saat winter yaitu Otaru.

Banyak tour package yang dijual dari Sapporo ke Otaru dengan harga sekitar 500k rupiah, namun kami memutuskan naik kereta dengan cost tidak sampai 100k rupiah.

Disebut kota kanal, jangan lantas membayangkan Otaru akan seperti Amsterdam atau Venice, karena kota canal di Otaru peruntukannya berbeda.

Amsterdam dan Venice bisa dibilang kota yang 'mengapung' di atas laut, sementara Otaru membuka canal untuk memudahkan perpindahan barang dari laut langsung ke gudang-gudang pabrik yang ada di sepanjang kota Otaru.

Oleh karena itu, sebagian besar bangunan yang dibelah oleh canal adalah berupa bangunan pabrik, gudang-gudang yang dibuat secara efisien untuk memudahkan perpindahan barang. Bukan bangunan rumah tinggal seperti di Venice atau So-ho seperti di Amsterdam.

Air di canal pun terlihat seperti biru kehijauan bukan karena kotor namun karena kedalaman Canal tersebut agar bisa dilewati oleh kapal-kapal besar yang membongkar muatan.
Gudang yang telah beralih fungsi

Hingga saat ini, beberapa pabrik masih beroperasi di Otaru namun sebagian besar gudang telah beralih fungsi menjadi restoran atau pertokoan seiring dengan tingginya turis yang mendatangi wilayah ini. Salah satu pabrik yang terkenal adalah pabrik soyu Kinkoman yang juga memiliki gudang di Otaru.
Tour Boat
Untuk menikmati Canal, bisa mengikuti tour boat sekitar 45 menit bersama dengan tour guide yang akan menjelaskan sejarah Otaru Canal dan tiap bangunan bersejarah di sepanjang Canal. Beberapa bangunan juga telah digunakan untuk setting shooting film Jepang.
Jalanan sepanjang Pusat Kerajinan Tangan
Tidak hanya canal, Otaru juga sangat terkenal karena kerajinan tangannya yaitu glass / kristal dan music box. Bergeser dari arah Canal, kami berjalan menuju ke pusat kerajinan tangan yang sangat panjang dari Kitaichi Glass Shop sampai dengan Venetian Museum Otaru Music Box Museum & Kitakaro.
Favorit saya adalah masuk ke tiap toko music box untuk mengeksplor music box yang menarik di sana. Toko Music Box terbesar adalah Otaru Music Box museum- yang merupakan toko di lantai 1 dan museum kecil di lantai 2.

I have a thing with Music Box sejak saya mendengarkan orgel di Rudesheim. Meskipun koleksi orgel yang ditampilkan tidak sebanyak di Jerman, namun begitu banyak toko-toko kecil di Otaru menjual versi mini orgel yang disajikan dalam music box. Music box ini pun dipasang dalam berbagai bentuk dari pigura, boneka, miniature, piano dan masih banyak lagi.

Kalau kaki saya sudah tidak pegal, saya akan dengan senang hati berhenti di tiap toko just to satisfy my curiosity.

Otaru Music Box museum-

Sepanjang perjalanan, hal yang haram untuk tidak dilakukan adalah mencoba segala macam jajanan yang ada. Dari melon, seafood, oden dan masih banyak lagi.

Otaru juga sangat terkenal dengan fresh seafood, apalagi untuk crab, abalone, kerang dan lain-lain! Karena saya bukan penggemar makanan dari cangkang tersebut (saya lebih suka mutiara daripada makan clamp or shell or abalone), saya memilih makan sushi di Kantaro Otaru yang juga sangat fresh, enak dan murah!!

Pathway di Otaru

Jika diperhatikan, bangunan-bangunan lama yang ada di Otaru lebih ke arah western style daripada Japan architecture. Berjalan-jalan di sana, membuat saya teringat pada jalanan kecil yang ada di kota-kota eropa. 

Struktur bangunan banyak yang menggunakan bebatuan atau yang disebut dengan stone masonry building dengan gaya khas eropa. Jelas terlihat bahwa sebagian besar bangunan dibangun pada akhir abad 18, awal abad 19 atau jikapun baru dibangun mengikuti gaya arsitektur sekitarnya. Namun, meskipun bangunan di luar terlihat kebarat-baratan, beberapa bangunan masih menggunakan Nightingale Floor. Bagi yang familiar dengan film atau buku tentang ninja, nightingale floor ini berasal asli dari Jepang yaitu berupa lantai kayu yang berderit kapanpun menerima beban di atasnya. Dulunya, nightingale dibuat untuk mengantisipasi kedatangan ninja. Legend has it!


Anyway, jika kalian pergi ke Otaru kemudian sedih karena tidak sesuai ekspektasi, don't be! menurut saya strolling around Otaru sangat menarik karena sarat akan cerita!

Kembalinya dari Otaru, saya kembali ke Hotel dan tidur. Keesokannya, saya punya setengah hari sebelum kembali ke Seoul melalui Bandara Chitose. Saya manfaatkan waktu ini untuk memuaskan jiwa kuliner saya...karena seperti saya bilang, you can never go wrong with food at Hokkaido!

Pancake di SUPER FANCY, super Enak!!!!!

Halal Ramen!! dari Tomat

Soft ice cream terlezat di New Chitose Airport



Lastly, our Wefie


Sejauh ini, memang jalan-jalan di Jepang tidak pernah mengecewakan saya! Bahkan di pulau paling ujung utara, kami menemukan surga makanan dan keindahan kota! Memang, Hokkaido is all about winter, tapi Hokkaido in Summer is best bargain!!!


See you at my next post!

Sebelumnya:

Summer di Hokkaido Part I




Comments

Popular Posts