Bernostalgia dengan Mengendarai Bus Trayek Blitar-Arjosari-Surabaya (Lets Ride A Bus)

Tidak ada tendesi dalam judul tulisanku kali ini, but swear to God, last weekend aku sangat kangen merasakan suasana Bus sepanjang Kepanjen (somewhere in between Malang-Blitar), menuju Arjosari dan kemudian dilanjutkan dengan bus Patas trayek Arjosari - Bungurasih (right at Surabaya-Sidoarjo Border).
Mungkin terakhir kali aku mengendarai Bus adalah somewhen at 2008..cukup lama bukan?Selanjutnya, karena kepindahanku ke Jakarta, aku jadi hampir tidak pernah mengendarai bus lagi karena setiap pulang selalu dijemput Mamaku dari Surabaya atau directly dari Malang.

Sama seperti ayahku, aku sangat menyukai mengendarai Bus. Bagiku, naik Bus = Holiday. Mungkin mindset ini tercetak sejak aku kecil ketika aku sering mengikuti acara rekreasi kantor ayahku yang selalu menggunakan Bus. Namun tidak bagi anggota keluarga yang lain, naik bus = pusing, mual, sumpek, ribet, lama, berisik, copet, panas.
Mungkin ini dikarenakan sebagian besar anggota keluargaku adalah laki-laki. As we know, Boys hate riding a (n unconmfortably) public transportation. Mereka lebih memilih naik motor meskipun resiko pantat kotak, atau naik mobil (kalau punya uang buat beli bensin ;p).
IMHO, naik bus is real journey. Sejuta cerita muncul ketika aku naik bus, dari berebut naik bis ketika jaman SMA, sampai berkenalan dengan salah satu mantanku di bus patas Malang-Surabaya (ahahaha...what a shame).
Kemarin, ketika naik bus dari Kepanjen jurusan Arjosari, karena masih pagi dan hari minggu, keadaan tidaklah seheboh ketika naik bus waktu senin pagi. Bus masih penuh, tapi tidak se'mendesak' jaman aku SMA dulu. Kalau dulu, aku bersama dengan puluhan anak berseragam putih-putih yang mengadu nasib otak kami di sekolah di kota, senin pagi is competition day. anak berseragam akan ditolak-tolak oleh kondektur bus karena mereka bayar lebih murah, sekalinya dapet, anak berseragam dilarang duduk (lagi-lagi alasannya karena bayar murah) dan harus berdiri berdesak-desakan. Kadang, kami berdiri hanya dengan satu kaki, atau sambil berjinjit. But lesson learned, sejak saat itu kami bisa mengaplikasikan ilmu meringankan tubuh ;p
Sepanjang dalam perjalanan, banyak sekali 'treasure' yang aku temukan dalam naik bus yang mungkin tidak akan pernah terlintas dalam benakku ketika dulu aku naik bus frequently. Dalam bus Blitar- Arjosari, aku memaksakan diriku untuk tidak tertidur karena aku ingin menikmati setiap menit berada di sana. Oh ya, mungkin terdengar such a hypocrite but honestly, tiba-tiba aku merasa banyak hal yang menarik di bus. Pertama, ketika aku menemukan bahwa orang-orang di kota ini, tidak se-kompetitif dengan orang-orang yang ada di kota aku berada sekarang. Bangku kosong bukan dijadikan ajang kompetisi yang menghalalkan kita untuk menyikut, menginjak, menendang orang yang di sebelah kita. Bangku kosong bahkan terlihat 'dianggurkan', ditawarkan kepada para ibu-ibu terlebih dahulu, baru ke mbak-mbak, kemudian ke bapak-bapak tua, dan ketika tidak ada yang mau, orang terdekat bisa menduduki bangku without guilty. Dulu aku tidak menyadarinya sampai aku tinggal di sini dan melihat bagaimana banyak aksi 'keren' dalam berebut bangku di busway. Mas-mas yang pura-pura tidur biar tidak disuruh berdiri ketika ibu hamil tidak dapat duduk, Bapak-bapak yang berdebat dengan Ibu-ibu hamil karena dia sangat capek dan ingin duduk sehingga tidak mau memberi tempat duduknya, atau ibu-ibu tua yang mendorong, menjambak, menginjak mbak-mbak hanya karena dia ingin duduk.Yes, it is characters.
Treasure yang kedua adalah ketika mendengarkan pengamen masuk dan menghibur (in a real meaning of entertaining). Walaupun tidak semua, namun aku sangat suka dengan para pengamen yang ada di bus trayek Blitar-Arjosari. Mereka mungkin tidak memiliki suara seperti Afghan, atau tampang seperti Iko Uwais, tapi yes they are very attactive. Lagu yang mereka bawakan bukan jenis top 40 only (ya..adan aku tidak pernah tahu top 40 di Indonesia recently karena menurutku hampir semua se-genre, se-nada, atau bermuka sama), namun jenis lagu daerah yang diciptakan dengan kunci sederhana, lyrics yang lucu dan interactive. Ya, jenis-jenis lagu yang tidak membutuhkan lyrics dengan makna kiasan.
Yang surprising lagi, ketika naik bus Patas AC Malang-Surabaya, aku hanya dikenai tarif Rp.20.000,- dan ternyata tarif itu belum lama berubah sejak terakhir kali aku naik di 2008 dan as i remember, di tahun 2002 aku naik tarifnya juga masih Rp.15.000,-. Well, harganya tak banyak berubah kan?
The Fact is...ketika aku bercerita pada teman-temanku di Jakarta bahwa aku balik ke Jakarta naik bus untuk ke bandara, they are very wondering. Beberapa bilang, "koq ga naik travel aja?", ada yang bilang ; "Koq ga takut sih?" ; "Koq betah sih?"
Mungkin, teman-temanku kuliah dulu tahu dengan baik bahwa Bungurasih is like a second home to me ;p. Ketika teman-temanku freak out dengan banyaknya rumor kejahatan di sana, i'm fine in there though its late of night. Just like I said earlier, Riding Bus is always journey to me.
Aku tidak pernah memiliki mindset bahwa bus sangat berbahaya, banyak kejahatan, atau untuk mereka para captive rider. I am choice rider, aku memilih ingin menggunakan bus karena alasan sederhana i just like it.
Yes, may be i am too naive. Melihat bagaimana reaksi teman-temanku (yang sangat jarang naik public transport), aku ingin sekali say out loud, "hey stop freaking out, stop being such a negative person, stop the whole garbage mindset."
Seandainya tidak ada propaganda bahwa terjadi banyak kejahatan di Bus, Bus untuk mereka yang tidak memiliki pilihan dalam bertransportasi, dan untuk sejenak mulai menikmati what is great from riding bus, mungkin ga ya dapat menambah jumlah bus rider yang previously merupakan choice rider??
Oh, once again I am being naive here. My Bad :)


- Posted using BlogPress from my iPad
Ps. Aku menyesal sekali tidak sempat mengambil photo suasana dalam bus, atau merekam nyanyian pengamen dalam bus...later..kalau aku mendapat kesempatan lagi naik bus..i will definetely capture pictures and record their sing ;)

Additional P.S ;p Ketika aku turun dari Angkot dari Alun-alun ke Bengkel Honda, aku mendapat pesan menarik dari Pak Supir : "Ya gitu Mbak, meski udah punya *** (merk mobil), jangan lupa naik angkot ya.."
dan aku menjawab : "Siap, komandan." hihihii...

Mungkin kamu akan suka:
Menggunakan Busway di Jakarta

Comments

  1. " Kalau dulu, aku bersama dengan puluhan anak berseragam putih-putih yang mengadu nasib otak kami di sekolah di kota, senin pagi is competition day. anak berseragam akan ditolak-tolak oleh kondektur bus karena mereka bayar lebih murah, sekalinya dapet, anak berseragam dilarang duduk (lagi-lagi alasannya karena bayar murah) dan harus berdiri berdesak-desakan. Kadang, kami berdiri hanya dengan satu kaki, atau sambil berjinjit. But lesson learned, sejak saat itu kami bisa mengaplikasikan ilmu meringankan tubuh"

    ya, dan yang berseragam putih putih itu adalah aku len. Pelita Mas adalah bus yg nolak nolak itu, and now everything is change.
    Adik adik kelas saya yg mau sekolah ke Singosari dengan mudah dapat bus malah sering dapat tempat duduk.

    Paling seneng pas di pagi yg cerah ada sinar hangat mentari, pas ada live perform yg dibawakan oleh seniman jalanan itu. dan pas lagunya dari bang Iwan Fals

    ... bila mentari bersinar lagi, hatiku pun ceria kembali.
    ... ku tatap mega, tiada yg hitam betapa indah hari ini.

    Sayang gak ada fotonya,

    ReplyDelete
  2. Hihihi iyaa..koq bs anak skrg lebih enak?dah ga usir pel*ta Mas ya?

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts