Kenapa aku ga punya cita-cita?


Me-caption

Tulisan ini tiba-tiba nongol karena lagi Keinget banget sama lagu yang dulu ngetop di awal tahun 90'an dimana penyanyinya lebih kalah ngetop sama bonekanya....
"Susan-susan-susaan, besok gede mau jadi apa?"
"aku kepingin pinter biarrr jadi dokter"
..........*lupa lanjutannya..........
Anyway... Ngomongin soal cita-cita, aku yakin 99% dulu waktu kita kecil pasti punya cita-cita, entah itu cita-cita asal njeplak (baca: asal nyebut) biar kita bisa jawab ketika ditanya orang, entah karena ikut-ikutan temen biar dianggap sebagai anak yang punya masa Depan, atau karena terinspirasi oleh film yang Kita tonton. In fact, jika ada anak usia yang berusia dibawah 10 tahun dan bisa mengungkapkan dengan jelas apa cita-citanya dengan yakin, aku juga yakin bahwa anak itu dikaruniai otak yang cerdas dipadu dengan pendidikan yang oke. Eh, bukan berarti yang ga punya cita-cita ga cerdas lho ya. Tetap cerdas namun EQnyabelum berkembang sesuai dengan waktunya (contohnya aku :)) *insist).
Berbeda mungkin dengan anak jaman sekarang yang lebih cerdas, anak-anak jamanku dulu (which Is yang masi 90an gt) menjawab pertanyaan cita-cita adalah semudah menjawab nama kamu sapa. Bahkan, waktu lagi ngetrend2nya diary parfum buat ngisi biodata anak sekelas, aku mengisi cita-citaku berbeda di tiap diary 😄😄😄 apapun jenis pekerjaan yang Kutahu, kutuliskan disitu.
Awalnya, aku punya cita-cita jadi polwan (oh Noo...couldnt imagine), pemicunya simple, lagi doyan nonton bioskop india dulu sama emak, dan kebetulan ada lakon polwan dengan model rambut demi Moore (dalam film ghost) yang cantik bgt. Saat itu aku kelas 1 SD. 

Selanjutnya, pola cita-citaku kulupakan, semuanya adalah cita-cita wajib anak sejagad raya : arsitek, pengacara, Dosen, Presiden....namun satu cita-cita yang tak pernah kusebut : dokter. Yes, cita-citaku berganti sesering aku ganti celana. Namun, kenapa ga pernah pengen jadi dokter ya? Alasannya simple, karena dulu diceritain sodaraku kalo pertama kali masuk ke pendidikan dokter harus mau semalam suntuk dikurung sama mayat di kamar mayat. Noo,, aku ga takut pada mayatnya, namun takut kalau-kalau setelah aku seharian dikurung dan cuma punya temen mayat itu akhirnya bisa temenan, ngobrol bareng, terus dia ngajak temen se-mayat-an Lainnya..yeah satu mayat bisa ditipu, Kalo sekompi mayat? Bisa kalah bandar 😞 (Efek kebanyakan nonton film vampire china di RCTI jam stgh 10 jaman itu).

Ajaibnya, cita-cita menjadi dokter itu muncul ketika aku udah lulus s-1, Dan alasannya masih ga penting, gara-gara kecanduan serial grey's anatomy :p....

But wait, i'm not the Only One... Beberapa temanku, hingga saat ini tidak bisa menjawab pertanyaan : apa cita-citamu dalam hidup ini? Kami hanya berfikir, let the time answer that. Kami pasrahkan nasib kami kepada waktu. OK, let's answer honestly, How many of you success to become someone whom you aspired to? Atau mungkin basic Quention adalah apakah kamu punya cita-cita?
Jawaban yang melegakan untuk pertanyaan terakhir adalah yes, i'm pursuing It. Bagaimana jika kita ga punya cita-cita sampai saat ini?

OK, kita runut dulu...kenapa sampe sebangkot ini qta ga punya cita-cita...etapi...sudah pada tahu kan pentingnya memiliki cita-cita? *preparing speech

Seperti perusahaan tempat qta bekerja (walau kita terpaksa bekerja Disana) pasti memiliki visi yang ingin dicapai. Visi itulah yang kemudian dijadikan landasan untuk menentukan setiap keputusan perusahaan, setiap perencanaan bisnis perusahaan, setiap visi yang jelas akan dapat membatasi perusahaan untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan visi. OK, sama dengan perusahaan kita perlu visi, atau cita-cita. Alasannya simple, agar hidup kita terarah dan Kita memiliki semangat untuk mencapai sesuatu. 

Lalu..kenapa sampe sekarang aku ga punya cita-cita?? Bukan sepenuhnya salah qta..namun lingkungan qta juga membantu kita membentuk paradigma bahwa AS long AS you are breathing, you are alive! Ada semacam dogma (merk sepatu bukan sih dogma?) yang membuat kita nyaman dengan tidak menjadi siapa-siapa. Seperti : kamu cewek, kamu bakal jadi istri orang, ga usah 'ngoyo' kerja...atau bahkan laki kita bilang : "udah kamu lahirin baby akuh, urusan uang biar om eh papah yang cari.." kadang dogma2 itu yang membuat cewe jadi tidak memiliki cita-cita, bahkan kalaupun punya cita-cita adalah "karena akhirnya kodratku sebagai cewe bakal jadi istri orang, maka cari laki yang kaya (Meski om2, aki2) biar hidup terjamin." Ups. 

Yeah, begitulah kenyataan Bagaimana anak jaman ku mendefinisikan Sebuah cita-cita. Cita-cita adalah sesuatu yang keren, bukan menjadi visi Utama kami menjalani hidup ini.

Eh, cita-cita ga harus tinggi banget lho ya..seperti aku harus jadi presiden RI. Kalau Dari 200juta orang Indonesia at least satu generasi 20 Juta orang Dan 10% Aja Dari generasi itu semua pengen jadi presiden dan 'ngoyo' bayangin berapa Kali pemilu yang harus rakyat Indonesia jalani untuk 2 Juta kandidat presiden. Cita-cita bisa simple, namun harus memiliki tujuan yang jelas seperti : aku Ingin menjadi istri yang Berguna Bagi suami. Walau terlihat simple, namun sesungguhnya sama sekali tidak. Berguna bisa mengandung banyak arti, tinggal Bagaimana kita menetapkan definition berguna sesuai perspective kita Dan dijabarkan dalam action plan ;) 

Ukuran masing-masing orang pasti Akan berbeda dalam mengartikan kesuksesan mewujudkan cita-cita, namun satu Hal yang bisa diingat. Dream high so we can achieve higher, jika cita-cita kita Hanya setinggi semak-semak, maka kita Akan Hanya menjadi seseorang yang se'tinggi semak-semak Dan mudah di'injak, dibabat oleh orang lain. 

Alasan kedua adalah pendidikan di jaman kita yang tidak mendidik kita Akan pentingnya suatu tujuan hidup. RPUL Dan RPAL dianggap Jauh Lebih Berguna dalam hidup kita dibandingkan pendidikan Akan cita-cita. Bahkan, menurutku Mathematica kalah penting dengan pendidikan pembentukan karakter ini, karena orang yang buta matematika namun memiliki cita-cita yang kuat, aku yakin bisa berhasil dalam hidupnya, menempuh apa pun untuk mengatasi kekurangmampuannya. Namun tidak dengan orang pandai matematika namun tidak memiliki cita-cita, ilmunya tidak Akan Berguna Bagi siapa pun kecuali lemak memori di otaknya.

Alasan ketiga kita ga punya cita-cita adalah karena diri kita sendiri. Demotivasi, seringnya gagal, enabler yang terbatas (yang Hanya Ada di pikiran kita sendiri) adalah pusat tumor yang menggerogoti keinginan kita untuk memiliki tujuan. Kadang karena terlalu menerimanya kita dengan kondisi kita membuat kita kehilangan motivasi. Motivasi bukan ambisi. Perbedaan Utama antara motivasi Dan ambisi adalah penilaian kita sendiri atas kemampuan diri kita sendiri. Seseorang yang memiliki motivasi mengetahui kemampuannya Dan Batasan yang ia Miliki untuk mencapai sesuatu. Ambisi? Menggebu-gebu mencapai sesuatu Tanpa melihat kemampuan yang dimiliki sehingga bisa mengabaikan nurani Nya ketika melanggar Hak orang lain :) 

Jadi, kenapa tidak mulai sekarang kita menetapkan cita-cita? Inget cita-cita adalah our end state kita, semakin tinggi semakin baik asal kita tahu kemampuan kita untuk mencapainya. Dream now or never :) 

Jangan mau kalah sama anak jaman sekarang ya.. Yang udah USIA 10 tahun tapi dah punya cita-cita yang jelas. Masa qta ga mau kalahnya dalam Hal ngomong alay sih? Biar terus dianggap gawl .
 
How bout me? Cita-cita ku?i'm still pursuing it..and I promise I won't stop until I achieve it because I know I have potencies to become my ideal. 
 
Oke, cemungudh eaaaaa.... *committopuke. Let's start to define or enhance our aspiration :)

Comments

  1. org yg ndak punya cita2 itu hidupnya malah mendalam, krn ndak punya dasar ..ndak punya dogma, dalil dll …Lautnya tanpa dasar... Org yg punya cita2 jadi dokter, pilot dll, hidupnya punya dasar yaitu dogma, bhw jd profesi2 itu akan bahagia, sukses dll. Krn punya dasar, hidupnya tidak dalam

    ReplyDelete
  2. Kak saya memang gak punya cita-cita tetapi saya ada tujuan hidup
    Apa ini benar kak??

    ReplyDelete
  3. saya suka komen unknown, sama

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts