Sisi Lain Hong Kong (yang Mungkin Kamu Akan Suka)

Hong Kong at night



Bulan Agustus, saya mendapat kesempatan untuk kembali ke Hong Kong karena tugas dari Kantor. Sudahkah saya bilang kalau Hong Kong adalah salah satu negara (or special administrative) yang sangat saya sukai? Mengingat transportasi publik yang sangat mudah dan bagaimana orang-orang disiplin dalam menaati peraturan, membuat saya nyaman berada di Hong Kong. Namun selama ini saya selalu datang sebagai pengunjung singkat 3-10 hari, bagaimana jika saya tinggal disana lebih dari 30 hari? apakah saya tetap nyaman berada di sana?

Saya datang saat Hong Kong berada di musim panas dan pengab-pengabnya. Pernah di suatu malam, saat badai taifun menyerbu Taiwan, Hong Kong mencatatkan temperatur 35 derajat celcius di malam hari, dengan humidity yang dijamin membuatmu ingin berada di bak mandi. Di sisi lain, kadang cuaca juga sering berubah, panas di pagi hari, hujan sepanjang malam, atau sebaliknya. Untungnya, selama berada di sana saya sangat rajin cek ramalan cuaca di aplikasi weather yang ada di ponsel, dan mostly, it is accurate! Jadi 'peribahasa' sedia payung sebelum hujan menjadi sangat berguna di sana.

Hong Kong terdiri dari 3 region utama yaitu Hong Kong Island (pusat dari pemerintahan dan kota), Kowloon Island (akses tercepat menuju ke Macau), dan New Territories yang sebagian besar dihuni oleh penduduk Hong Kong-sekaligus berbatasan dengan Shenzen yang merupakan wilayah dari Republik Rakyat Cina.

Oh ya, bagi yang wondering sebenarnya Hong Kong ini negara atau bukan, (CMIIW) Hong Kong merupakan Special Administrative Region (SAR) dari Negara Tiong Kok dimana dulunya pernah 'dipinjam' oleh Kerajaan Inggris dan kini telah dikembalikan ke Pemerintah China. Dikarenakan SAR, Hong Kong memiliki peraturan, anggaran dan kebijakan yang independent dari 'Induk' Negaranya. Bahkan beberapa peraturan sangat berbeda dari Induk negaranya seperti perpajakan, dan yang paling jelas ada mata uangnya. Salah satu bentuk 'nyata' bahwa Hong Kong adalah bagian dari China, adalah Hong Kong tidak memiliki pasukan bersenjata, hanya ada polisi yang bersifat sipil. Ke-militer-an Hong Kong sepenuhnya menginduk kepada Induk Negaranya. Menariknya lagi, Hong Kong dipimpin oleh CEO, bukan president maupun perdana menteri. Penyebutan CEO seolah Hong Kong adalah sebuah korporasi, atau anak perusahaan dengan Tiong kok sebagai Parent Company. Sama dengan Hong Kong, Macau juga merupakan SAR dari China. Oleh karena itu, sebagai visitors, kita membutuhkan 3 visa berbeda saat memasuki ketiga 'negara' tersebut.

Kembali ke bahasan geografis, selama berada di sana saya tinggal di V serviced Apartment yang berada di jantung Pulau Hong Kong, di Causeway Bay. Apartment saya berada di jarak tempuh 200 meter dari stasiun MTR Causeway Bay which is 100% strategic from everywhere. Di lantai dasar apartment, terdapat toko buku franchise terbesar di Hong Kong, Commercial Press, dan di seberang saya ada McD  24 jam yang sangat membantu saat saya kelaparan tengah malam.




Namun saat memasuki kamar studio-nya, saya agak tercengang. Bersyukurlah wahai kita yang tinggal di apartment di Jakarta, karena ukuran ruangan studionya mungkin setengah dari apartement subsidi di Jakarta dengan harga yang 'mungkin' 2 kali lipat di Jakarta. Setelah mengobrol dengan beberapa penduduk lokal, harga properti di Hong Kong memang skyrocketing dan almost impossible for ordinary people to buy. Kebanyakan Orang Lokal hanya bisa memilih apartment yang lebih luas dan murah namun di luar pulau, atau yang dekat dengan resiko memiliki klaustrophobia (ok, i am bit exaggerating). Atau jika memiliki uang yang sangat banyak, orang lokal bisa membeli properti dengan pemandangan gunung, laut atau kota. Tapi saya yakinkan bahwa orang lokal pun merasa harga properti yang menghadap ke gunung-unbelievable! Only Stephen chow can make it!

Sebuah Iklan Jual Rumah di Hong Kong di Surat Kabar
 
Karena tinggal di pusat kota, baru kali ini saya benar-benar menyadari bahwa Hong Kong adalah sebuah wilayah yang sangat padat penduduknya terutama saat weekend. Total penduduk Hong kong adalah lebih dari 7.2 juta penduduk dengan tingkat density 400.000 per meter persegi dan merupakan salah satu negara terpadat di dunia. Di weekend, Hong Kong akan menerima sekitar 1 juta pengunjung tambahan yang sebagian besar berasal dari Ibu negara mereka, Mainland China. Akses dari Mainland China bisa ditempuh melalui jalur darat yaitu Shenzhen maupun udara.

Saat weekend, kawasan pertokoan seperti Causeway Bay akan dipenuhi dengan turis-turis yang banyak membawa tas-tas trolley besar-yang setelah saya tanya kesana kemari, berisi sebagian besar produk susu. Saya dengar dari orang  lokal, penduduk mainland china tidak mempercaya produk dalam negeri mereka dan terpaksa harus mengimport produk dasar terutama susu bayi untuk konsumsi selama periode tertentu. Isn't it interesting?

Dengan beban tambahan turis sebanyak itu, weekend di Hong kong tidak terlalu mencerminkan kondisi dan kebiasaan penduduk setempat terutama di lokasi-lokasi wisata. Jika pada saat menunggu MTR datang, sebagian besar orang sudah mengantri dengan rapi, dan tiba-tiba ada orang menyelonong-hampir bisa disimpulkan bahwa orang itu adalah pendatang. Yes, karena sebagian besar penduduk Hong Kong sangat menaati peraturan dan disiplin serta mereka terbiasa untuk menjadi sangat teratur dan terencana.

Tingginya 'beban' kepadatan yang harus ditanggung Hong Kong, rupanya juga sedikit membawa 'ketegangan' antara Ibu dan anak negara tersebut. Pada tahun 2014, Hong Kong harus menanggung pendatang dari Mainland China sebanyak  6 kali jumlah penduduk aslinya. Hal tersebut membuat diwacanakannya pembatasan dan pengaturan kunjungan untuk penduduk Mainland China ke Hong Kong (source: here)
 
Selain super-padatnya Hong Kong, I have nothing to complain about Hong Kong meanwhile I lived there. Sebagian ini adalah alasan mengapa saya sangat menyukai Hong Kong.

Queue at the right side
  1.  Keteraturan. Sebagai orang yang mudah tersulut emosinya ketika melihat orang yang tidak bisa mengantri, Hong Kong adalah 'zen'  saya.  Dimanapun, orang akan mengantri dengan tertib, membeli makanan, di escalator, berjalan masuk ke MTR, dan masih banyak lagi! Saat berada di escalator, dimanapun, orang-orang akan mengantri di sisi kanan dan membiarkan sisi kiri kosong agar dapat dilalui oleh orang-orang yang ingin berjalan lebih cepat. Di negara-negara maju, hal ini merupakan hal biasa dan common knowledge yang sayangnya belum diterapkan di Indonesia.
    Karena Keteraturannya juga, membeli makanan di Hong Kong jauh lebih cepat. Sebagai informasi, hampir seluruh restoran enak di hong kong selalu menerima waiting list dan saking biasanya, mereka memiliki sistem antrian canggih. Jika melihat WL yang panjang, jangan cepat ciut hati, karena surprisingly, antrian bergerak dengan cepat.
  2. Public Transport! Saya hampir sama sekali tidak membutuhkan mobil selama berada di Hong Kong. Semua lokasi bisa ditempuh oleh public transport,dari MTR, Trem way, bus besar maupun kecil. Semuanya dengan harga yang relatif terjangkau. Lebih-lebih frekuensi MTR yang banyak membuat kemanapun di Hong Kong menjadi lebih cepat. Bahkan di saat peak hours, interval kereta di beberapa rute tertentu hanya 30 detik!
    Selama di Hong Kong, saya hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk berjalan dari apartment ke stasiun, naik MTR, dan berjalan ke arah kantor! Bayangkan jika hal itu bisa terjadi di Jakarta! Mungkin saya akan lebih punya banyak waktu untuk menulis atau bersosialisai :(
    Menariknya, menurut teman saya yang penduduk lokal, untuk memiliki mobil di Hong Kong tidaklah mahal namun hambatannya adalah biaya pemeliharaannya yaitu meliputi asuransi dan biaya parkirnya yang gila. Bayangkan, biaya parkir per jam di gedung-gedung adalah HKD30-80 atau setara IDR 50-110rb!!!!!!!
  3. Sun Flowers at Hong Kong Park
  4. Banyaknya taman kota!Terkadang, saat saya sedang stuck dengan pekerjaan, saya akan menyempatkan break 15-30 menit untuk berjalan ke taman kota yang ada di belakang kantor. Ya, diantara hutan gedung tinggi di pusat kota Hong Kong, selalu masih ada pemandangan hijau-atau at least refreshing untuk re-start otak kita yang terlalu jenuh. Berbeda saat saya di Jakarta, jika saya jenuh mengerjakan sesuatu, maka saya hanya bisa lari ke starbucks (kalau lagi tanggal muda) atau Starmart untuk mencari snack.
  5. Safe and Sound. Pulang jam 12 malam, sendirian dan naik MTR? Why not! In fact saya tidak merasakan terancam atau ketakutan meskipun harus berjalan sendirian dari stasiun ke apartment!  Bayangkan jika itu di kota-kota lain di negara lain? I don't think the same!
  6. Freedom. Berjalan di pusat kota Hong Kong, dan perhatikan bagaimana mereka berjalan dengan tempo tinggi. Mungkin hanya turis seperti saya yang akan berjalan lambat sambil menatap satu per satu wajah yang berpapasan dengan saya.
    Saya memang orang yang suka mengamati, jadi saya memperhatikan bagaimana penduduk asli hong kong berpakaian, bertingkah di wilayah umum seperti trotoar jalan. Mereka menghindari kontak mata, tidak memperhatikan apa yang sedang kamu pakai ataupun apa yang sedang kamu lakukan. I dont know why, saya merasakan mereka tidak memiliki prejudice terhadap orang asing yang berjalan di sekitar mereka.
    Every one is mind their own mind. Namun bukan berarti mereka tidak peduli atau apatis. Saat tidak sengaja saya menabrak orang karena saya salah jalur saat berjalan, mereka adalah orang pertama yang meminta maaf. Shocking? Really!
  7. Combination of city lights, beach, and mountain! Hong Kong adalah negara unik dimana pantai bisa bertemu dengan bukit-bukit pegunungan. Atau berjalan di tracking trail digunung dengan pemandangan kanan-kiri adalah laut, jembatan mega besar dan gedung-gedung tinggi yang indah. Seakan semuanya ada di sana, dengan jarak yang bisa dijangkau dalam hitungan jam.
    Kita bisa saja minggu ini berada dalam sesaknya pertokoan di Mong kong Street, namun keesokannya kita bisa berada di kereta untuk melihat pemandangan laut serta pegununungan di wilayah New Territories. Tidak butuh berdesakan-atau bermacet ria menuju ke sana, dan lebih-lebih tidak membutuhkan uang untuk membayar bensin.
    Can you deny this?
  8. 'Crazy Service' from the Government. Saat berada di Hong Kong, saya harus melakukan beberapa riset dan membutuhkan banyak data dari Pemerintah setempat. Gilanya, data-data itu bisa saya dapat secara resmi dan update hanya dengan mengakses website milik pemerintah. Menariknya, data yang disajikan tidak hanya data mentah, namun data yang sudah diolah dengan penjelasannya. Tidak perlu birokrasi ataupun membutuhkan waktu yang lama! Saya jadi teringat saat jaman kuliah harus bersusah payah mengurus izin ke Dinas Litbang untuk dapat mengakses data dari BPS di kantor pusat BPS di Surabaya. Apakah saat ini masih demikian? I hope not!
    Or this?
  9. Makanan! Dim sum and Won Ton of course, also japanese food, and thai food!
Well, kesimpulannya, ada banyak alasan mengapa saya nyaman tinggal di Hong Kong terutama dari aspek sosiodemografinya. Mengkesampingkan penuhnya Hong Kong, saya tidak keberatan berada di sini mengingat juga masih banyak halal food yang dapat dijangkau.

Namun, berikut beberapa fakta yang saya pelajari selama Hong Kong, dan mungkin membantu menghindari culture shock selama di sana.
  1. Mau belanja ? pastikan untuk membawa tas lipat kemanapun kamu pergi karena peraturan pemerintah hong kong melarang toko untuk menyediakan tas plastik untuk konsumennya. Jika tidak membawa, maka kamu harus membeli tas plastik tersebut seharga 50 cents. But the point is not the price! 
  2. Koran Pagi dibagikan secara gratis. Saat berjalan di pagi hari, dan melihat orang-orang menyodorkan koran, jangan takut untuk menerimanya karena itu gratis! Koran yang dibagikan tidak hanya dalam bahasa kanton, namun juga bahasa inggris.
  3. Pejalan kaki berada di sisi kanan, hal ini juga berlaku saat naik escalator.
  4. Kehabisan uang dan takut makan mahal? Relatively, harga makanan di McD jauh lebih murah daripada local restaurant atau hawker. Namun bagi yang muslim harap hati-hati karena di pagi hari, terdapat menu sarapan bacon.
  5. Fast food tidak menjual babi? Sejauh ini, setahu saya KFC tidak menjual makanan mengandung babi. Dan kebetulan saat saya makan disana, melihat tim logistik KFC mengangkut minyak goreng yang ada sertifikat halal.
  6. Penduduk asli Hong Kong tidak tergila-gila shopping. Jadi sebagian besar orang yang kamu lihat di mall saat weekend adalah turis juga.
  7. Tidak banyak penduduk asli Hong Kong bisa berbahasa inggris, terutama supir taxi, atau penjual makanan di jalanan. JIka terpaksa naik taxi, dan kesulitan berkomunikasi, sebaiknya kamu unduh aplikasi Hong Kong taxi translator di ponsel kamu. Beberapa kali saya kesulitan berkomunikasi dengan sopir taxi dan berujung pada keliling-keliling kota tanpa tujuan.
  8. 'Rude Service', tidak seperti Indonesia yang memiliki tingkat keramahan tinggi, pramusaji di Hong Kong hampir tidak mengenal service terutama di restoran-restoran lokal. Mereka juga tidak menyediakan tissue di atas meja.
  9. Toilet kering. Terbiasa ke toilet dengan air segalon? well, siap-siap kecewa karena kebanyakan toilet di sini adalah toilet kering, jadi kalau mau siapkan tissue basah di tas kamu.
  10. MTR. MTR adalah jantung Hong Kong, baik transportasi maupun ekonomi. Jika kamu membayangkan pusing membaca 'jaring laba-laba' Hong Kong, maka unduh aplikasi MTR di ponsel kamu, dan jika kamu ingin pergi ke suatu tempat, aplikasi itu akan menyarankan stasiun dan line kereta mana yang harus kamu ambil.
Baiklah, karena sangat panjang maka sekian dulu laporan dari saya. Berikutnya, (mungkin) akan saya laporkan perjalanan selama di Shenzhen dan Macau. 

Terima kasih sudah membaca!
 





Comments

Post a Comment

Popular Posts