Perjalanan Mencari Musim Gugur Part III

Torii Gate Shinto Shrine
Day 6 Osaka City Tour

Setelah 4 hari saya mengitari kota Tokyo, Kyoto, Hiroshima, dan Miyajima, akhirnya saya tiba juga di Osaka. Untuk  penginapan, saya memilih via airbnb untuk bisa mendapatkan penginapan yang murah dan strategis. Beruntungnya, saya mendapatkan apartemen yang hanya berjarak 1 stasiun dari Namba Stasiun (pusat kota Osaka), bersih, baru dan tenang dengan harga IDR 1.7 juta untuk 3 hari (percayalah, ini biggest deal yang pernah aku dapatkan selama di Jepang).

Di malam pertama saya tiba, kaki saya sudah terlalu pegal dan seakan tumbuh akar di bawahnya. Akhirnya keesokan harinya, saya bangun kesiangan (classic) dan terlalu siang untuk menjalankan rencana awal ke Universal Studio Osaka (USO). Akhirnya, saya memutuskan untuk pergi keliling kota.
Osaka Castle dari Jauh

Tujuan pertama saya, adalah Osaka Castle Park dengan mengendari kereta JR line. Awalnya, saya sempat underestimate bahwa Osaka Castle Park akan menjadi tujuan wisata bagus-rata-rata. Ternyata, saat memasuki kawasan tamannya, saya menemukan deretan ginkgo tree yang sudah serempak menguning. Pohon-pohon ini tidak terlalu tinggi dan besar, namun karena keserempakan warnanya yang telah menguning, membuat kawasan taman ini begitu indah.

sungai memisahkan Castle dengan taman
Sementara itu, Osaka Castle terlihat menjulang tinggi dipagari oleh tembok penahan dan sungai besar berair bening yang mengalir tenang. Kemanapun kami pergi mengitari taman yang super luas, ujung dari Osaka Castle menyembul gagah seperti legitimasi bahwa ia-lah puncak dan pusat dari keberadaan di daerah itu.

Ginkgo tree di taman Osaka Castle
Taman ini sangat luas, dan mungkin butuh seharian untuk mengitarinya. Stasiun terdekat dengan Osaka Castle Park ada 2 yaitu Tanimachi 4-chrome Station yang terhubung dengan subway line, dan Osakajokoen yang terhubung dengan JR Line. 


Barisan Ginkgo Tree di Osaka Castle Park
Setelah puas mengambil foto segala sudut Osaka Castle Park, saya berangkat menuju Tenjinbashisuji, sebuah pusat perbelanjaan yang panjangnya diklaim terpanjang sedunia, yaitu 2.6km. Saya pergi kesana menggunakan JR Line dan turun di JR Osaka Temangu Station, yang berada di hampir-ujung shopping arcade tersebut. Karena hari sudah siang dan saya kelaparan, saya memilih restoran pertama yang terlihat di mata, Sukiya. Setelah makan, dan bersumpah bahwa itu adalah sukiya terakhir yang kami makan selama perjalanan bulan itu di Jepang , kami berjalan menelusuri pertokoan di kanan kiri jalan.

Kami datang saat hari kerja, sehingga keadaan shopping arcade tersebut relatif sepi dan banyak toko yang tutup. Namun kami terus berjalan sampai menemukan penjual takoyaki yang konon salah satu recommended di Osaka (Osaka adalah kota asal dari Takoyaki). Selama beberapa menit, kami duduk dan menikmati takoyaki (IMHO, lebih enak buatan hoka hoka bento hahaha). 

Kami berjalan kembali sam bil sejenak terhenti melihat toko-toko baju perempuan dengan harga yang relatif miring (untuk ukuran Jepang!). Sampai akhirnya, kami kelelahan dan memutuskan menuju ke Floating Garden Observatory (New Umeda City). 

Kota Osaka dari New Umeda City
Floating Garden Observatory merupakan salah satu gedung terunik dan tertinggi di Osaka dimana kita bisa melihat kota Osaka secara 360 derajat dari lantai 39 daro gedung tersebut. Stasiun terdekat adalah Osaka Stasiun dan kami harus berjalan sekitar 1 km untuk menuju ke sana. Tepat di seberang stasiun, terdapat Yodobashi-freetax shopping mall terbesar. Kami mampir ke Yodobashi sejenak, dan berjalan terseok-seok ke Floating Garden.

Untuk menuju ke lantai 39, kami harus membayar sekitar 700 Yen per orang. Sempat mengantri sejenak, kami akhirnya dibawa masuk ke area lantai 39, menaiki escalator cantik berwarna biru. New Umeda City hampir mirip dengan Menara Petronas yaitu dua gedung tinggi yang dikoneksikan oleh jembatan, yang disebut Floating Garden tersebut. 

Saat di lantai 39, kami langsung dihempas angin kencang dan dingin. Tak terpengaruh, kami melihat jutaan cahaya berkilauan dari jembatan, gedung. jalanan, kendaraan, dan lautan. Pemandangan di lantai 39, totally worth it apalagi saat malam hari. Saya segera mengeluarkan kamera dan tak heni-hentinya memoto sudut-sudut dari kota Osaka, meskipun setelah memoto jemari saya mati rasa karena udara yang sangat dingin.

Kami mengitari lantai 39 selama beberapa menit, dan memutuskan untuk turun sebelum sinus kembali menyerang. Di lantai 38, juga terdapat indoor city view di balik kaca berwarna biru. Tempat yang sesuai untuk melemaskan kaki.

Setelah itu, kami berjalan kembali ke Osaka Stasiun dan menuju ke tujuan akhir hari itu,Ebisubashi-pusat kota Osaka tempat pusat perbelanjaan Osaka di sana. Tujuan kami, tentu bukan berbelanja melainkan penasaran dengan must-visit place Running Glico-Man.

Sempat drama karena salah exit di stasiun, kami berjalan malam-malam di tengah keramaian untuk menuju ke sana dan akhirnya menemukan the famous running glico man. Well, saya melihatnya dan melongo. That's it. Saya berfoto sejenak (suami menolak karena-gitu doang), kami putuskan mengakhiri hari itu untuk mencari sushi restoran. 
Running Glico Man

Kami berjalan 700 meter dan akhirnya menemukan restoran sushi di lantai 2 sebuah gedung under renovation. Untungnya, rasa sushi tersebut enak dan lebih-lebih hanya seharga 100 Yen per plate. Saat itu saya kalap dengan memakan berpiring-piring salmon belly sambil mengumpulkan tenaga untuk berjalan kaki pulang.

Day 7 Universal Studio Osaka

Hogsmeade

Alasan utama saya ke Universal Studio Osaka adalah Harry Potter!!! Sejak musim panas 2015, USO telah menambahkan satu tema yaitu Harry Potter. Dapat ditempuh melalui JR line di stasiun Universal City Station. Sebelum masuk ke gerbangnya, kami menjumpai mall kecil dimana terdapat takoyaki museum.



Pemandangan pertama dari USO adalah roller coaster tinggi yang diiringi dengan jeritan orang-orang yang menumpanginya. Konsepnya sama dengan universal studio, ada 2 roller coaster yang berjalan maju, dan mundur. Menurut suami, roller coasternya tidak terlalu menakutkan (setara dengan USS-tapi abaikan komentarnya dia roller coaster-freak). 

Tema-tema yang lain juga hampir mirip dengan USS, seperti water world, jurrasic park, kecuali beberapa wahana seperti back to the future, minions, sanrio, hello kitty, dan peanuts world. 

Harry Potter Theme, berada di ujung dengan pemandangan pertama yang menyambut adalah Ford Anglia terbang dari seri Harry Potter : Chamber of Secrets. Disekitar saya, beberapa orang tampak wira-wiri menggunakan jubah dan scarf Gryffindor. 

Saat masuk ke gate, saya langsung melihat Hogwart Express dan platform 9 3/4, sementara dari depan, deretan pertokoan di hogsmeade menyambut  dengan Hogwarts diujungnya. Kegirangan, saya tidak berhenti mengambil foto dan tentu saja mampir ke Three Broomstick untuk mencoba makanan ala dunia Harry Potter (spoiler :relatively expensive).

Terdapat beberapa attractive point seperti olivander's, choir dari Bexbaxtons Academy of Magic dan tentunya Hogwart! Khusus untuk permainan di Hogwarts adalah moving 4D cars yang sangat riil. 
Butterbeer!

Meskipun saya tidak datang saat weekend,namun antrian menuju Hogwarts mengular panjang dan dibutuhkan waktu 1 jam untuk sampai naik ke wahana.

Oh ya, must do activity selain menuju ke Olivander's, Hogwarts, dan minum butterbeer adalah belanja souvenir sebanyak-banyaknya!
Hogwarts!
Praktis, kami menghabiskan 7 jam selama di UOS dan tenaga mengitari sekitar 54 hektar luas UOS. Kami pulang dan sekali lagi makan di restoran sushi di Ebisubashi sampai akhirnya mengakhiri hari itu lebih awal untuk menghemat tenaga. 

Day 8 Osaka-back to Tokyo
Hari ke-7, saya berkemas dari apartment dan segera menuju ke stasiun untuk mengejar shinkansen yang akan membawa kami ke Tokyo. Baru pertama kali bagi kami pergi di saat peak hour (jam 7 pagi) menggunakan kereta (sambil membawa bagasi). Alhasil, tidak peduli berapa sering frekuensi kereta lewat, selalu penuh.

Akhirnya, kami naik kereta dan terjepit tidak bergerak di dalam kereta. Well, herannya dari stasiun ke stasiun tidak ada penumpang yang turun, namun semakin banyak yang naik-dan tetap muat!!! Keadaan di dalam kereta pasti tidak berbeda jauh dengan jalur KRL di Jakarta. Namun hebatnya, tidak seorangpun mendorong, menginjak, atau berusaha menyakiti sekitarnya dengan sikunya (sering terjadi di Jakarta).

Keadaan saya saat itu adalah terjepit diantara 4 orang, dengan tangan memegang handle bagasi yang hampir terpisah dari saya. Awalnya saya ketakutan karena mungkin akan seperti kejadian di Jakarta, sexual harrasment, kecopetan, atau patah tulang. Dompet dan passport berada di backpack, saya tidak bisa selain pasrah untuk mencoba mengamankannya karena tidak ada ruang gerak.

Namun setelah beberapa menit, saya akhirnya bisa berhenti untuk tegang. Setiap orang di sekitar saya, seolah sedang berlomba-lomba untuk menjadi patung. Meminimalisir bergerak, dan menghindari tatap mata seolah mereka memiliki kesadaran untuk mengerti keadaan dan berusaha untuk menghormati hak tiap orang. Tiap penumpang adalah individu yang memiliki kepentingan sama untuk terangkut kereta tanpa insiden.

Tertegun selama di kereta, akhirnya kami sampai di stasiun Shin-Osaka untuk mengejar shinkansen yang akan membawa kami ke Tokyo. Perjalanan akan ditempuh sekitar 160 menit atau 2 jam 40 menit. Stasiun Shin-Osaka berjarak sekitar 1/2 jam waktu tempuh dari stasiun Kyoto (saya baru tau kalo dekat!).

Well, perjalanan saya akan berakhir di last part dimana saya akan menceritakan tentang Tokyo, Yokohama dan Kawasaki. Sebelum saya mengakhiri posting ini, kita melakukan budget check terlebih dahulu:



No Keterangan Harga untuk 2 orang
Yen IDR
1 Apartment 3 hari di Osaka          1,760,000
2 Sukiya                800
3 Isi Suica             6,000
4 Floating garden entrance fee            1,400
5 Sushi @ebisubashi 2 malam            4,000
6 Universal Studio entrance fee          12,224
7 Three Broomstick            2,000
8 Butterbeer            1,200
Total          27,624          1,760,000

nb. Perkiraan budget tersebut diluar pengeluaran pribadi seperti oleh-oleh, snack, aqua, attire. 

Sebelumnya:
Mengejar Musim Gugur di Jepang Part I
Perjalanan Mencari Autumn Part II

Setelahnya:
Chasing Autumn Last Part 

Comments

Popular Posts