I Won't Give Up





Dia bernama Agung. Sahabatku yang saat terakhir kali kutulis di sini, sedang sakit karena komplikasi ginjal. Dia seharusnya masih berusia 23 tahun dengan tanggungan istri dan 1 anak.
Aku kehilangan dia di akhir bulan Mei lalu. In fact, aku tidak hanya kehilangan seorang sahabat, seseorang yang selalu dapat memutar-balikkan moodku saat di kondisi terburukku, namun aku juga kehilangan sosok seorang pejuang.

Aku kehilangan kata-kata saat aku mendengar bahwa Tuhan telah memanggilnya di pagi hari saat matahari baru saja menyapa dunia. Sama halnya saat aku mendengar Ia sakit, tak ada kata yang mampu keluar dari mulutku. Tidak ada penghiburan untuknya yang sanggup kuucapkan, karena aku sibuk menghibur diriku, berusaha menutupi lubang menganga di hatiku.

Seperti sifatnya yang selalu ceria, dia adalah mentari. Menghangatkan orang-orang di sekitarnya, menyemangati mereka yang mulai kehilangan harapan akan dirinya. Bukan sebaliknya.

Aku tidak bisa merasakan bagaimana menjadi dirinya, ketika dokter mengatakan bahwa kedua ginjalnya hampir tidak berfungsi dan dia harus merelakan 2 hari dalam seminggu kehidupan mudanya untuk duduk selama berjam-jam menatap mesin yang menjadi penyambung harapan hidupnya. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana menjadi dia, menata hati ketika mengetahui bahwa seterusnya, hidupnya hanya berada dibalik tembok persegi warna putih yang mengurung masa depannya. Tidak ada lagi tawa anaknya yang belum juga genap 2 tahun.

Namun Agung tidak meredup, di balik sakit fisik yang ia harus rasakan, jiwanya masih manusia yang sama. Tidak ada kata menyerah baginya, dia menjalani hidup senormal mungkin yang bisa ia hadapi. Hari-hari panjangnya di rumah sakit segera terlupakan begitu ia bisa merasakan kembali 5 hari dalam seminggu di luar rumah sakit. Playstation masih menjadi media penting yang menyatukan ia dengan teman-temannya, karena hanya itu satu-satunya yang bisa ia lakukan tanpa menguras banyak energi agar bisa kembali merasakan normalnya bercanda dengan teman.

Ketika Ia akhirnya pergi, meskipun hati siapapun yang mengenalnya langsung remuk redam, namun kami semua melepasnya dengan senyum. Dia adalah pejuang paling pantang menyerah yang pernah terdekat denganku. Semangat hidupnya menyadarkanku bahwa manusia tidak harusnya menyerah sampai detik terakhir.

Aku sesungguhnya tidak menyetujui ketika seseorang mengatakan; " Berhentilah bersedih, karena masih banyak orang yang memiliki masalah yang lebih berat daripada kita." Bagiku, itu sama ketika aku memiliki kebahagiaan dan seseorang mengatakan padaku : "Berhentilah bergembira karena masih banyak orang yang memiliki kebahagiaan yang jauh lebih besar untuk dirayakan." Aku sadar bahwa setiap orang berbeda, dan tingkat ketahanan seseorang untuk menghadapi permasalahan juga sangat unique.

Namun jika aku mengingat Agung, bagaimana dia menghadapi hari-hari terakhirnya di dunia ini dengan semangat hidup yang tak padam, membuatku tersadar bahwa seberat apapun permasalahanku, jika aku memilih untuk menghadapinya dengan kepala tegak, maka aku mampu. Bahkan jika permasalahan itu mengenai hidup dan mati.

Aku teringat istri tercintanya, wanita belia yang baru memasuki usia awal 20 tahunan. Aku tidak bisa menahan diriku untuk tidak membuka wall facebooknya. Sebelum suaminya dipanggil, dia adalah tipe ABG labil yang meng-update status fb sehari sampai 5x dengan tulisan ala 4l4y. Bagaimana dia bisa survive? hanya itu pertanyaanku. Ya, aku tidak bisa menahan diriku untuk meng-underestimate seorang ABG labil dalam menjalani kehidupan traumatis yang ia jalani.
Namun aku bersyukur. Dia kembali menapak pada kehidupannya, bahkan mungkin jauh lebih tegar dari fase seluruh kehidupannya.

Selama sakit, suaminya telah berusaha memberi pengertian yang tak terucap. Sebuah proses pendewasaan yang bahkan mungkin membuatnya jauh lebih dewasa dari usia ia semestinya. Dan ketika suaminya telah tiada, dia jauh lebih mengerti bahwa ada kalanya hidup mengambil seluruh kebahagiaannya tak bersisa, dan dia tidak memiliki pilihan apapun untuk terus hidup. Move on.
Dia harus melangkah untuk bisa meringankan sakit yang tidak mungkin hilang dari hatinya. Dia harus menghapus air matanya untuk putri semata wayangnya. Dia tidak bisa berhenti karena dia tahu jika hal itu yang ia lakukan maka ia juga akan kehilangan seluruh hidupnya.

Sebuah kekuatan luar biasa dari seorang gadis berusia 20 tahun. Mungkin, jika aku yang mengalaminya (aku tidak memintanya, Tuhan!), aku hanya bisa melihat kegelapan. Kegelapan akan masa depanku dan kepedihan akan masa laluku. Namun Gadis itu tidak melakukannya, tidak memikirkan betapa menakutkannya masa depan, dan sakitnya masa lalu, she just simply want to live. Living in the moment. Because future will show when we start taking step forward.

Mungkin ada kalanya malam-malam ketika ia merindukan suaminya. Merintih perih kepada Tuhannya, namun dia tidak mengutuk Tuhan yang sedang menguji kekuatannya, namun ia berdoa agar Tuhan menguatkannya sampai ia bisa menemukan kebahagiaan kecil yang mengingatkannya akan rasa syukur karena telah hidup.

Mungkin ada kalanya, wanita kuat ini merasa bahwa beban hidupnya terlalu berat dan ia ngin menyerah. Namun ada satu titik dia akan tersadar bahwa titik nadir dalam hidupnya telah mampu ia lewati dengan kekuatan, maka dia tidak akan menyerah karena kelemahan batinnya.

Aku tidak menangisi kepergian sahabatku, namun aku tidak akan melupakan seorang sahabat yang mengajarkan arti kehidupan sementara kita di sini.

Selamat jalan, Sahabatku. Kamu akan selalu mengingatkanku bahwa manusia hidup adalah untuk menjadi matahari bagi sekitarnya. Matahari yang mengajarkan tentang keinginan hidup yang kamu sebut dengan kata 'pantang menyerah'. May God give u the best place.

So I just let go of what I know I don't know
And I know I only do this by
Living in the moment
Living my life
Easy and breezy
With peace in my mind
I got peace in my heart
Got peace in my soul
Wherever I'm going, I'm already home
I'm living in the moment

I'm letting myself off the hook for things I've done
I let my past go past
And now I'm having more fun
I'm letting go of the thoughts
That do not make me strong
And I believe this way can be the same for everyone
And if I fall asleep
I know you'll be the one who'll always remind me
(Jason Mraz, Living in the moment, Love is Four letter words Album, 2012)

Jakarta, 29 Juni 2012
- Posted using BlogPress from my iPad

Comments

Post a Comment

Popular Posts